Jumat, 23 Juli 2010

ALAT PERAGA BLOK ALJABAR

Matematika merupakan ilmu yang membantu siswa mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada kenyataannya, matematika merupakan ilmu yang sulit dipahami karena banyak rumus-rumus atau simbol-simbol yang abstrak.
Salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari matematika adalah aljabar. Sesuatu yang sangat indah dan mendasar dalam aljabar adalah struktur dan simbolnya. Tetapi banyak murid tidak sepenuhnya memahami konsep abstrak dan logaritma dalam aljabar karena mereka tidak bisa melihatnya secara real dan secara fisik. Aspek-aspek aljabar dapat didemonstrasikan dengan alat peraga yang memberikan model konkrit, model visual dan model geometri untuk ide-ide aljabar yang abstrak. Sesuatu yang dapat diotak-atik, dipindahkan dan disusun untuk mendapatkan sesuatu yang baru, merupakan sebuah pendekatan yang baru (Sobel, Max A. Dkk, 2003).

Persamaan kuadrat merupakan salah satu bagian dari aljabar yang dipelajari di SMA kelas X semester 1. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami persamaan kuadrat, hal ini karena persamaan kuadrat selama ini diajarkan hanya dengan ceramah, sehingga siswa kesulitan dalam menangkap simbol-simbol dan menyimpan ke dalam memorinya, padahal seperti yang telah ditulis di atas pembelajaran aljabar dalam hal ini khususnya persamaan kuadrat dapat dibantu dengan sebuah alat peraga, sehingga siswa dapat melihat secara nyata, dapat memegang dan mengotak-atiknya untuk membantu siswa lebih memahami persamaan kuadrat.
LAPORAN HASIL SEMINAR DAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
15 – 16 Maret 2007 DI P4TK (PPPG) MATEMATIKA

TEMA:
Inovasi pembelajaran matematika dalam rangka
menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global
Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Dasar Pemikiran
Masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut
memenangkan persaingan global yang akan berlangsung sangat ketat. Mutu
pendidikan nasional yang prima diyakini mampu membangun insan Indonesia yang
beriman, cerdas, dan kompetitif serta mampu memenangkan persaingan global.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Depdiknas telah mengagendakan tiga kebijakan
pokok, yaitu: (1) Perluasan dan pemerataan akses. (2) Peningkatan mutu, relevansi
dan daya saing. (3) Governance akuntabilitas dan pencitraan publik. Tentunya,
kebijakan lainnya dari Depdiknas dan Ditjen PMPTK patut menjadi acuan para peserta
seminar.
TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) adalah suatu
rangkaian penilaian internasional yang dilaksanakan di hampir 30 negara (termasuk
Indonesia) untuk mengukur perkembangan (trends) pembelajaran matematika dan
sains. Tujuannya adalah untuk menyediakan data tentang prestasi siswa. Pertanyaan
yang dapat diajukan di antaranya adalah: Seberapa jauh perbedaaan prestasi siswa
Indonesia jika dibandingkan dengan siswa negara lain? Mampukan mereka bersaing di
masa depan? Mengapa prestasi siswa Indonesia lebih baik atau malah lebih jelek?
Dapatkah hasil TIMSS menjawab pertanyaan tersebut maupun pertanyaan lainnya?
Pemerintah sejauh ini telah berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas para guru melalui kegiatan kualifikasi dan sertifikasi. Isu sertifikasi guru
menjadi isu hangat para guru di Indonesia. Untuk mengantisipasi pemberlakuan
sertifikasi guru ini, para tokoh guru di sekolah dan para widyaiswara P4TK (PPPG) dan
LPMP, serta para pendidik di lembaga pendidikan lainnya sudah seharusnya
mengetahui secara lebih terinci tentang sertifikasi ini.
Di Indonesia, para matematikawan (murni dan pendidikan) telah bergabung dalam
satu wadah yaitu Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI atau IndoMS).
Menghadapi tantangan global di masa yang akan datang, pemikiran para
matematikawan di Indonesia, terutama pakar di bidang pendidikan sangatlah penting.
Untuk itu sudah saatnya para guru, widyaiswara, serta para pendidik di lembaga
pendidikan lainnya dapat bekerja sama dengan para matematikawan. Semiloka di
P4TK (PPPG) Matematika dimaksudkan juga untuk menjadi awal kerja sama ini
LaporanHasilSemlok2007
1
dengan memberi kesempatan kepada sayap pendidikan matematika dari himpunan
tersebut untuk membahas inovasi pembelajaran matematika.
Tidak diragukan lagi bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan mengembangkan daya pikir manusia. Karenanya, menghadapi tantangan global
ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah ke arah mana inovasi pembelajaran
matematika dalam rangka menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global?
A. Pemakalah
1. Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) diwakili
Sekretaris Ditjen PMPTK, Ir Giri Suryatmana: ‘Kondisi Anak Indonesia Saat Ini.’
2. Kasubdit Program, Direktorat Pembinaan Diklat, Hendarman, PhD: ‘Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan dan Lembaga Diklat Guru, Pembelajaran Matematika,
Sertifikasi, dan Keterkaitan Widyaiswara/Guru Sejenis.’
3. Tim Video Study PMPTK dan World Bank diwakili Dra Puji Iryanti, M.Sc.Ed: ‘Video
Study Pengajaran Matematika SMP di Indonesia Tahun 2007.’
4. Konsorsium Sertifikasi Guru Ditjen Dikti diwakili Dr Badrun: ‘Sertifikasi Guru:
Apa, Mengapa & Bagaimana?’
5. Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI/IndoMS) sayap pendidikan matematika
diwakili Drs Abdur Rahman As'ari, M.Pd., MA.: ‘Pembelajaran Matematika Inovatif:
Masih Adakah Ruang Untuk Inovasi dan Seperti Apakah Bentuk Inovasinya?’
B. Peserta
1. Widyaiswara P4TK (PPPG) Matematika Yogyakarta dan P4TK (PPPG) Teknologi
Malang
2. Widyaiswara 30 LPMP seluruh Indonesia
3. Dosen Pendidikan Matematika dari beberapa Universitas.
4. Guru Matematika SD, SMP, SMA, dan SMK mewakili KKG dan MGMP Matematika
5. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakaarta
6. Wakil dari Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)
7. Wakil dari Badan Diklat Keagamaan Departemen Agama
C. Poin-poin Penting Hasil Seminar
1. Rendahnya kemampuan siswa Indonesia (lihat makalah Giri serta Hendarman). Hal
ini ditandai dengan:
• Data TIMSS 2003 menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia (Rata-rata: 411)
agak jauh di bawah Malaysia (Rata-rata: 508) dan Singapura (Rata-rata: 605).
Skala Matematika TIMSS – Benchmark Internasional menunjukkan bahwa siswa
Indonesia berada pada skala rendah (peringkat bawah), Malaysia pada skala
LaporanHasilSemlok2007
2
antara menengah dan tinggi (di peringkat tengah), dan Singapura berada pada
skala lanjut (peringkat atas).
• Namun siswa Indonesia (169 jam di Kelas 8) lebih banyak menggunakan waktu
dibandingkan siswa Malaysia (120 jam di Kelas 8) dan Singapura (112 jam di
Kelas 8).
2. Proses pembelajaran di kelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking skills) dan kurang berkait langsung dengan kehidupan
nyata sehari-hari (kurang penerapan, kurang membumi, kurang realistik, ataupun
kurang kontekstual). Hal ini ditandai dengan:
• Data TIMSS 2003 (lihat makalah Leung dari Puji) yang menunjukkan bahwa
penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan
keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada
penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari,
berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis
• Pendapat Ashari, wakil Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI atau IndoMS)
yang menyatakan karakteristik pembelajaran matematika saat ini adalah lebih
mengacu pada tujuan jangka pendek (lulus ujian sekolah, kabupaten/kota, atau
nasional), materi kurang membumi, lebih fokus pada kemampuan prosedural,
komunikasi satu arah, pengaturan ruang kelas monoton, low order thinking
skills, bergantung kepada buku paket, lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan
tingkat rendah
• Hasil Video Study yang saat ini sedang berlangsung menunjukkan juga bahwa:
ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan selama mengajar,
waktu yang digunakan siswa untuk problem solving 32% dari seluruh waktu di
kelas, guru lebih banyak berbicara dibandingkan dengan siswa, hampir semua
guru memberikan soal rutin dan kurang menantang, kebanyakan guru sangat
bergantung dan sangat mempercayai buku teks yang mereka pakai, dan
sebagian besar guru belum menguasai keterampilan bertanya.
• Guru matematika peserta seminar menyatakan bahwa ada siswanya yang
menyatakan soal PISA atau TIMSS sulit karena belum diajarkan.
3. Menurut Giri, Sekretaris Ditjen PMPTK, setiap insan dibekali komposisi bentuk
kecerdasan yang unik. Karenanya pendidikan harus menjadi wahana pembentuk
dan pemoles intan potensi diri sehingga seseorang dapat menemukan arah dan
jalan hidupnya. Untuk itu, pendidikan yang ditawarkan adalah pendidikan berbasis
komunitas yaitu pendidikan yang dirancang sebagai sebuah taman yang akan
mengembangkan keunikan potensi setiap individu untuk pngembangan nilai
kemanusiaan, menghormati siswa sebagai individu, belajar melalui pengalaman,
LaporanHasilSemlok2007
3
guru sebagai pendidik, advisor, teman dan fasilitator, mengembangkan demokrasi,
partisipatoris, mengembangkan budaya kebhinekaan didalam masyarakat global,
dan pengembangan spiritualitas. Pendekatan proses belajar menggunakan prinsip
8 K untuk menjadi guru yang melegenda: kasih sayang; kepedulian; kesabaran;
kreativitas; kerendahan hati; kebijaksanaan; komitmen; dan kejujuran.
4. As'ari mengutip pendapat NCREL (2003) bahwa pada dasarnya abad ke-21 ini
diwarnai oleh beberapa karakteristik berikut: (1) merupakan dunia digital, (2)
menuntut pemikiran inventif, (3) menuntut komunikasi efektif, dan (4) menuntut
produktifitas tinggi. Karenanya, perlu ada perubahan proses pembelajaran di kelas
yang mengacu pada peningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skills).
5. Masih menurut As'ari, pembelajaran matematika masa kini harus mengantarkan
siswa menjadi: (1) pemikir yang analitis, (2) pemecah masalah, (3) inovatif dan
kreatif, (4) komunikator yang efektif, (5) kolaborator yang efektif, (6) melek
informasi dan media, (7) memiliki kesadaran global, dan (8) melek finansial dan
ekonomi. Karenanya, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
membiasakan pembelajaran berbasis masalah, mengajak siswa untuk selalu
menjelaskan dan mempertahankan proses dan hasil kerjanya dari kritik yang
dilancarkan temannya, membiasakan siswa menyelesaikan masalah dengan
berbagai macam strategi (open ended approach) dan ajak mereka mengevaluasi
strategi-strategi tersebut ditinjau dari efektivitasnya, efisiensinya dll, serta
melakukan praktik reflektif (dengan membuat jurnal belajar).
6. Model atau pendekatan pembelajaran yang ditawarkan As'ari: adalah Contextual
Teaching and Learning (CTL), Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI),
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran
Kooperatif, ataupun Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
7. Peserta, terutama guru kelas, menginginkan contoh nyata dari model
pembelajaran yang ada. Melihat data di atas, bantuan nyata untuk para guru
matematika menjadi suatu keharusan. Hendarman menyarankan perlunya
kerjasama yang baik antara Ditjen PMPTK, P4TK (PPPG) Matematika, LPMP,
KKG/MGMP, dan guru matematika. Menjadikan KKG/MGMP Matematika sebagai
ujung tombak pembenahan mutu pembinaan guru di daerah.
8. As'ari menyarankan tentang perlunya diskusi (dalam arti yang sesungguhnya di
KKG/MGMP) tentang cara-cara membelajarkan matematika seperti yang
disarankan, terutama mendiskusikan (bukan hanya menulis) langkah-langkah
pembelajaran; LKS, media, penilaian, dan pertanyaan kunci yang akan digunakan
di kelas. RPP Matematika harus mempunyai ’jiwa’ untuk siswa dan tidak hanya
sekedar untuk ’kenaikan pangkat’.
LaporanHasilSemlok2007
4
9. Hasil Video Study dari Ditjen PMPTK dan World Bank menunjukkan bahwa:
Sesungguhnya, para guru mempunyai cukup akses untuk referensi mengajar,
misal buku, jurnal dan majalah. Beberapa guru mengajar sangat baik, kreatif
dalam menggunakan media, dan menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Di
samping itu, guru mengikuti ide-ide terbaru mengenai belajar dan mengajar
matematika melalui membaca.
10. Wakil Konsorsium Sertifikasi Guru Ditjen Dikti menyatakan perlunya sertifikasi guru
difahami secara utuh & benar, disikapi dengan positif, dan perlu diantisipasi
pemberlakuannya dengan tepat. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen dan diberikan kepada guru yg telah memenuhi
persyaratan. Kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogis, profesional,
kepribadian dan sosial. Penilaian penguasaan kompetensi yang berkait dengan
penguasaan konsep/teori diuji dengan tes tulis, penguasaan keterampilan diuji
dengan tes kinerja, prestasi dalam bekerja diuji dengan self appraisal & portofolio,
dan dedikasi dlm bekerja diuji dengan penilaian sejawat
D. Rekomendasi Hasil Seminar
1. Dua permasalahan pokok pembelajaran matematika di kelas yang berkait dengan
rendahnya kemampuan siswa Indonesia serta proses pembelajaran di kelas yang
kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking
skills) dan kurang berkait langsung dengan kehidupan nyata sehari-hari harus
ditangani secara serius agar bangsa ini tidak kalah dalam persaingan global,
dengan usulan beberapa langkah konkret berikut.
2. Selama kegiatan KKG/MGMP, pendekatan pembelajaran di kelas yang diacu adalah
Contextual Teaching and Learning (CTL), Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM),
Pembelajaran Kooperatif, ataupun Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
3. Perlunya menerapkan saran As'ari selama kegiatan KKG/MGMP tentang perlunya
mendiskusikan (dalam arti yang sesungguhnya di KKG/MGMP) langkah-langkah
nyata dan operasional pembelajaran di kelas beserta pendukungnya seperti LKS,
media, penilaian, dan pertanyaan kunci yang akan digunakan di kelas. RPP
Matematika harus mempunyai ’jiwa’ untuk siswa dan tidak hanya sekedar untuk
’kenaikan pangkat’.
4. Perlunya meningkatkan kerjasama antar dan antara Widyaiswara Matematika di
P4TK (PPPG) Matematika dan LPMP, Guru Inti/Guru Pendamping di KKG/MGMP
Matematika, dan Guru Matematika; seperti ditunjukkan bagan berikut.
LaporanHasilSemlok2007
5
Bagan Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran Matematika
Dengan Memberdayakan KKG/MGMP Matematika
5. Ada beberapa kegiatan monev yang harus dilakukan untuk memastikan
keberhasilan program ini, yaitu kegiatan monev di:
• Kelas yang berkait dengan keefektifan kegiatan belajar siswa.
• KKG/MGMP (Workshop Penyiapan Kegiatan dan Pembelajaran di Kelas) untuk
menilai RPP yang berkait dengan langkah-langkah dan pendukung proses
pembelajaran yang disiapkan guru.
• LPMP (Workshop Pembekalan Guru Inti/Pemandu di LPMP) untuk menilai
kegiatan (proses pembekalan) dan materi pendukungnya.
• P4TK (PPPG) Matematika (TOT/Workshop Pembekalan WI LPMP) untuk menilai
sejauh mana kegiatan ini membantu WI LPMP, Guru Pemandu/Guru Inti, dan
Guru Matematika memecahkan masalah yang ada di kelas dan di KKG/MGMP.
6. Perlunya pertemuan periodik antara WI P4TK (PPPG) Matematika, WI LPMP
berlatar belakang mapel Matematika, Guru Pemandu KKG, dan Guru Inti MGMP di
P4TK (PPPG) Matematika.
7. Untuk program diseminasi di daerah, dana blockgrant perlu dilanjutkan karena
sangat bermanfaat untuk kegiatan KKG/MGMP. Di samping itu, dana blockgrant
diutamakan untuk para alumni diklat P4TK (PPPG) Matematika. Di samping itu,
KKG/MGMP masih memerlukan bantuan sarana dan prasarana pembelajaran.
8. Perlunya menambah sekolah binaan yang melibatkan Guru Pemandu KKG, Guru
Inti MGMP, dan Dinas Pendidikan.
9. Perlunya seleksi dan pelatihan guru pemandu/guru inti matematika di LPMP dan
P4TK (PPPG) Matematika.
TOT/
Workshop
Pembekalan
WI LPMP
Di P4TK (PPPG)
Matematika
P4TK (PPPG)
Matematika
Ditjen
PMPTK
Kebijakan
Strategis
Workshop
Pembekalan
Guru Inti/
Pemandu di
LPMP
LPMP
Workshop Penyiapan Kegiatan
Pembelajaran di Kelas
KKG/MGMP
Refleksi berkala
Praktek dan Pendampingan
Kelas
Monev
Monev
Monev
LaporanHasilSemlok2007
6
10. Untuk membantu meningkatkan tugasnya, di samping KKG dan MGMP Matematika
yang sudah ada, para WI P4TK (PPPG) Matematika dan WI LPMP yang berlatar
belakang mata pelajaran Matematika perlu diwadahi dalam MWMP (Musyawarah
Widyaiswara Mata Pelajaran) Matematika, dengan kegiatan diantaranya:
• Menerbitkan majalah dan jurnal.
• Mengadakan seminar, lokakarya, atau diskusi.
• Mengadakan pertemuan tahunan.
• Mengadakan penelitian.
Di samping membantu IWI, KKG, dan MGMP Matematika, Ditjen PMPTK perlu
membantu MWMP Matematika dan Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)
agar dapat menjadi organisasi yang diperhitungkan dan berwibawa seperti IDI
ataupun NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)
11. P4TK (PPPG) Matematika dan LPMP harus terus ditingkatkan agar menjadi tempat
unggulan untuk:
• Ide-ide baru dan segar di bidang pembelajaran matematika (melalui buku ajar
siswa, VCD, alat peraga, penilaian, strategi dan model pembelajaran, ataupun
pengkajian dan penelitian)
• Tempat sumber ilmu (seperti perpustakaan, laboratorium matematika,
laboratorium komputer, pusat penilaian dan evaluasi, ataupun AVA (Audio Visual
Aids)
• Studi banding bagi guru matematika dan siswa.
• Rekruitmen peserta pelatihan di P4TK (PPPG) Matematika dari para calon
peserta aktif atau pengurus KKG/MGMP.
Untuk itu, disarankan agar WI P4TK (PPPG) dan LPMP secara berkala dapat
mengikuti kegiatan studi banding atau studi lanjutan ke universitas atau lembaga
lain di Luar Negeri.
12. Program ’mobile learning’ agar dikembangkan. P4TK (PPPG) Matematika yang
telah merintis program ini diharapkan jadi motor penggeraknya.
13. Sertifikasi guru diyakini dapat dijadikan alat untuk meningkatkan mutu guru dan
sekaligus meningkatkan mutu pendidikan matematika. Diyakini juga bahwa bahwa
sertifikasi guru akan dapat meningkatkan mutu gur hanya jika dilaksanakan secara
objektif dan adil. Karenanya diusulkan agar PP yang mengatur sertifikasi guru
dapat segera keluar dan segera dilaksanakan secara objektif dan adil.
Yogyakarta, 17 Maret 2007
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA INTERAKTIF
MODEL E-LEARNING (ELECTRONIC LEARNING) BERBASIS WEB

Oleh : Khairuddin, S.Pd

A.Latar Belakang
Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
Peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000) menggariskan bahwa dalam mempelajari matematika peserta didik tidak hanya bergantung pada "apa" yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada "bagaimana" matematika itu diajarkan, atau bagaimana peserta didik belajar.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis (suyitno, 1997:40). Tetapi pada kenyataannya LKS yang telah dimiliki oleh peserta didik selama ini belum mampu membantu dalam menemukan konsep, karena hanya berisi materi dan soal-soal. Selain itu ditinjau dari segi penyajiannya pun kurang menarik.
Model pembelajaran matematika yang efektif dan menarik adalah model pembelajaran yang memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya matematika, memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas, mampu mengembangkan suasana belajar mandiri, menarik perhatian peserta didik dan sejauh mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya fungsi teknologi informasi.
Thompson, dkk. (2000) menyatakan, "E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled by electronic technology." Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Penggunaan teknologi informasi dan multimedia menjadi sebuah cara yang efektif dan efisien dalam menyampaikan informasi. Komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan peserta didik, dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer. Latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta didik dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan penguatan konsep, membuat pemodelan matematika, dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.
Internet merupakan salah satu program yang memanfaatkan media komputer. Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan terselenggaranya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena internet mempunyai ciri khas dibanding dengan media yang lain.
Berangkat dari hal itulah penulis menyampaikan gagasan untuk menggunakan lembar kerja siswa (LKS) matematika interaktif yang diintegrasikan dengan website sebagai inovasi dalam dunia pendidikan. Gagasan ini diwujudkan dalam bentuk karya tulis dengan judul ”Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Interaktif Model E-Learning (Electronic Learning) Berbasis Web”.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut ini.
a.Bagaimana model lembar kerja siswa (LKS) matematika interaktif model e-learning berbasis web?.
b.Bagaimana pengembangan program lembar kerja siswa (LKS) matematika interaktif model e-learning berbasis Web pada Mata Pelajaran Matematika?.

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan krya tulis ini sebagai berikut.
a.Memaparkan model lembar kerja siswa (LKS) interaktif melalui e-learning berbasis
Web sebagai pembelajaran.
b.Mengetahui bagaimanakah pengembangan program pembelajaran dalam penerapan lembar
kerja siswa (LKS) melalui e-learning berbasis Web pada Mata Pelajaran Matematika.

D.MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis sebagai berikut.
a.Memberikan informasi model LKS interaktif berbasis Web yang dapat
dimanfaatkan oleh para peserta didik dan guru serta masyarakat dalam pembelajaran
Matematika.
b.Memberikan informasi mengenai konsep LKS interaktif berbasis Web dalam
pembelajaran matematika.
c.LKS interaktif berbasis Web ini diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada para
guru untuk lebih bervariatif dalam menyampaikan mata pelajaran.
d.LKS interaktif ini dapat direalisasikan menjadi salah satu model pembelajaran di
Indonesia.

E. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Matematika

Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.
LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif. (Hidayah, 2007:8)
Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1.Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2.Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
3.Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3.Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5.Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).
Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut.
1.Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.
2.Menyusun peta kebutuhan LKS.
3.Menentukan judul-judul LKS.
4.Penulisan LKS.
a.Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus.
b.Menentukan alat penilaian.
c.Menyusun materi.
(Abadi, Hartono, Junaedi, 2005 dalam Rahmawati, 2006:25).
Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1.Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
2.Lembar Kerja Siswa Berstruktur.
Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. (Indrianto, 1998:14-17).
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep (TIM PPPG Matematika dalam Rahmawati, 2006:27).

B.Tinjauan Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)

Terdapat beberapa bentuk interaksi pembelajaran berbantukan komputer, yaitu bentuk latihan dan praktek (drill and pratice), tutorial, permaianan (game), simulasi (simulation), penemuan interaktif, presentasi atau demonstrasi, komunikasi tes, sumber informasi, dan pemecahan masalah (problem solving). (Kusumah, 2006:398).
Dalam kegiatan latihan, komputer memberikan soal-soal mengenai suatu topik untuk dipecahkan oleh peserta didik dan komputer memberikan umpan balik berdasarkan respon peserta didik tersebut. Kegiatan tutorial dimaksudkan untuk mengajarkan informasi baru mengenai suatu topik pelajaran. Permainan dapat berfungsi sebagai penyaji bahan pelajaran baru atau juga sebagai penguat terhadap pelajaran yang telah diperoleh peserta didik melalui kegiatan lain. Dalam simulasi atau permodelan, komputer menyediakan simulasi atau model suatu konsep atau kejadian untuk diberi masukan oleh peserta didik dan komputer akan memberi respon terhadap masukan tersebut sebagaimana sistem yang sesungguhnya akan bertindak.
Pola tutorial interaktif diwujudkan dalam bentuk menampilkan suatu materi melalui komputer sebagai alat untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman peserta didik dalam topik tertentu, memberi penguatan terhadap respon peserta didik yang tepat, mendiagnosa kekeliruan, menyediakan pilihan bagi peserta diidk dengan bakat yang berlainan. Peserta didik dilatih berpikir melalui pemberian stimulus pertanyaan yang membuat peserta didik berkonsentrasi pada materi yang disajikan.
Pola tutorial dalam bentuk bahan ajar interaktif disusun secara sistematis peserta didik memahami konsep melalui teks, hiperteks dan hipermedia. Melalui hiperteks, tulisan dan materi disajikan dalam bentuk animasi secara non-linear sehingga akan kelihatan lebih hidup dan bervariasi. Hipermedia menggunkan beragam jenis media yang terhubung dalam suatu sistem yang membolehkan penggunanya untuk menggunkan berbagai media lainnya secara non-linear. Hanya saja model tutorial harus memperhatikan tingkat kesulitan materi (difficulty level), materi prasyarat (prerequisite) dan keterbatasan materi (readability). (Kusumah, 2006:399).
Eisenberg dalam Sugilar (1996) mengajukan karakteristik PBK sebagai berikut.
1.Peserta didik dimungkinkan untuk belajar kapan saja.
2.Peserta didik tak dapat melanjutkan belajar tanpa permasalahan yang menyeluruh pad materi yang dipelajari.
3.Terdapat respon yang segera terhadap setiap pertanyaan yang diberikan peserta didik.
4.Jika peserta didik menjawab salah dan memalukan maka tak ada orang lain yang tahu.
5.Memungkinkan setiap peserta didik berperan serta dalam proses belajar, dan tak ada kemungkinan pelajaran di dominasi oleh segelintir orang.

Manfaat PBK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.Meningkatkan interaksi peserta didik dalam pembelajaran melalui pengelolaan tanggapan peserta didik dan umpan balik berdasarkan tanggapan tersebut.
2.Individualisasi belajar yang memperhatikan kemampuan awal dan kecepatan belajar peserta didik
3.Efektivitas biaya karena dapat direproduksi dan disebarkan dengan biaya rendah.
4.Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dapat mengendalikan pembelajaran dan mendapat umpan balik yang segera.
5.Kemudahan untuk mencatat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan.
6.Terjaminnya keutuhan pelajaran karena hanya topik yang perlu saja yang dituangkan dalam program komputer, sedangkan topik yang tidak relevan secara sengaja tidak disajikan. (Hannafin dan Peck, 1988 dalam Sugilar, 1996).
Kendala penerapan PBK diantaranya adalah sebagai berikut ini. (Hannafin & Peck, 1988 dalam Sugilar, 1996)
1.Sangat bergantung pada kemampuan membaca dan keterampilan visual peserta didik.
2.Membutuhkan tambahan keterampilan pengembangan di luar keterampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan pembelajaran yang lama.
3.Memerlukan waktu pengembangan yang lama.
4.Kemungkinan peserta didik untuk belajar secara tak sengaja (intidental learning) menjadi terbatas.
5.Hanya bertindak berdasarkan masukan yang telah terprogram sebelumnya, tidak dapat bertindak secara spontan.
Kendala-kendala tersebut dapat diminimalkan dengan :
1.Menggabungkan PBK dengan peralatan lain seperti videodisc dan audiodisc sehingga tidak terlalu bergantung pada tampilan layar komputer
2.Memilih paket PBK yang sudah dikembangkan pihak lain untuk menghindari lamanya waktu dan keterampilan mengembangkan PBK sendiri, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakteristik pembelajaran peserta didik.
3.Menempatkan PBK sebagai tambahan dalam kegiatan belajar yang melibatkan tutor dan bahan yang tercetak. (Hannafin & Peck, 1988 dalam Sugilar, 1996).

C.E-learning (Electronic Learning)
1.Pengertian e-learning
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001 dalam Siahaan, 2002). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
Banyak pakar pendidikan memberikan definisi mengenai e-learning, seperti yang dipaparkan oleh Thompson, Ganxglass dan Simon dalam Yaniawati (2003) berikut ini, "E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled by electronic technology". Kemudian Thompson juga menyebutkan kelebihan e-learning yang dapat memberikan fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi. Menurut Azwan bin Abidin & Rozita bt Nawi (2002a) dalam Yaniawati (2003), e-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem online sebagai medium perantara di antara guru dan pelajar. Belajar melalui online ini akan memudahkan kedua belah pihak, karena penyampaian materi ajar lebih cepat, mudah dan efisien dibanding dengan cara-cara yang lain. Guru dapat memberikan materi pelajaran lewat internet yang dapat diakses setiap saat dan di mana saja. Peserta didik juga tidak perlu harus selalu belajar di kelas untuk mendapatkan informasi mengenai materi yang ingin diperolehnya. Bahkan peserta didik dapat mengembangkan proses belajarnya dengan mencari referensi dan informasi dari sumber lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, e-learning menggunakan sistem jaringan elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk penyampaian materi ajar, interaksi ataupun evaluasi pembelajaran. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah media elektronik yang dimaksudkan dalam system jaringan ini. Dengan sistem jaringan ini pula, e-learning dapat menghubungkan peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut, sebagaimana diutarakan di atas, dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).

2.Fungsi Pembelajaran Elektronik
Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik didalam kegiatan pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi). (Siahaan, 2002).
a.Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya pilihan, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
b.Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan, apabila peserta didik yang dapat menguasai/memahami materi pelajaran pada saat tatap muka dengan cepat diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c.Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pembelajaran kepada para Peserta didiknya. Tujuannya agar para Peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan pembelajarannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari Peserta didik. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih Peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika Peserta didik dapat menyelesaikan program pembelajarannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu Peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pembelajarannya.
3.Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan guru atau instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru atau instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Siahaan, 2002).
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru:
a.Dari Sudut Peserta Didik
Adanya kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
b.Dari Sudut Guru
Adanya kegiatan e-learning dari sudut pandang guru atau instruktur dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1)lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,
3)mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru/Guru/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
4)mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mepelajari topik tertentu, dan
5)memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. (Soekartawi, 2003),
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) dalam Siahaan (2002) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1)Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity)
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru atau instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam proses pembelajaran.
Pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan guru atau instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas.
2)Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility)
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru atau instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru atau instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to teach a global audience)
E-learning yang mempunyai fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities)
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru atau instruktur selaku penanggung jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh guru atau instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri, harus ada komitmen dari guru atau instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didik.
Beberapa manfaat e-learning yang dapat diperoleh dalam penerapannya bagi organsiasi belajar, adalah sebagai berikut.
1)Peningkatan produktifitas; melalui e-learning waktu untuk perjalanan dapat direduksi sehingga produktifitas peserta didik maupun guru tidak akan hilang karena kegiatan perjalanan yang harus dilakukan untuk memperoleh proses pembelajaran.
2)Mempercepat proses inovasi; kompetensi sumber daya manusia juga dapat mengalami depresiasi. Pembaharuan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui e-learning sehingga kompetensi selalu memberi nilai melalui kreatifitas dan inovasi sumber daya manusia.
3)Efisiensi; proses pembangunan kompetensi dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat dan mencakup jumlah yang lebih besar.
4)Fleksibel dan interaktif; kegiatan e-learning dapat dilakukan dari lokasi mana saja selama pengguna memiliki koneksi dengan sumber pengetahuan tersebut dan interaktifitas dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung dan secara visualisasi lengkap (multimedia) ataupun tidak.

D.Internet Sebagai Media Pembelajaran Elektronik

Sampai sekarang belum ada definisi secara pasti tentang apa arti internet itu. Akan tetapi secara teoritikal internet dapat diartikan sebagai jaringan kerja (network) berbagai komputer di seluruh dunia yang semuanya saling terkait. Jaringan tersebut terdiri mulai PC, jaringan local berskala kecil, jaringan kelas menengah, hingga jaringan-jaringan utama yang menjadi tulang punggung internet seperti NSFnet, NEARnet, SURAnet dan lain-lain.
Internet mempunyai potensi yang besar dalam e-learning. Pertama, internet bisa diakses pada saat-saat (waktu) yang dikehendaki. Dengan adanya sumber online, peserta didik akan memperoleh data, ide serta berbagai pengetahuan yang ada. Kedua, peserta didik maupun guru bisa mengeluarkan pendapat secara bebas mengenai materi ajar tanpa adanya hambatan psikologis, sebagaimana bila pembnelajaran dilakukan dengan tatap muka. Ketiga, masyarakat umum dapat pula mengakses, mengkoreksi, dan mengendalikan aplikasi serta materi ajar. Selebihnya, internet dapat memberikan peluang untuk mengembangkan wawasan secara lebih luas dengan cara mengkonfirmasi bahan dengan sumber bacaan dari situs lainnya.
Keserasian dan sinergi antara berbagai piranti yang terlibat dalam sistem elektronis, serta dukungan penguasaan bahasa yang baik, akan menjadikan Internet sebagai satu alternatif pembelajaran yang efektif. Pembelajaran berbasis web merujuk kepada pengajaran yang disampaikan melalui jaringan WWW di mana bahan pengajaran, kumpulan diskusi, ujian dan lain-lain adalah berlandaskan web. Menurut B.H. Khan (2001) dalam Hardjito (2002) sistem pembelajaran berbasis web merupakan sistem pembelajaran yang terbuka dan fleksibel.
Alternatif sistem pengajaran yang ditawarkan oleh sistem pembelajaran berbasis web ini akan meningkatkan minat dan motivasi untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru yang tidak mungkin dapat diterima dari sebuah kelas tradisional. Contohnya, penggunaan e-mail sebagai alat komunikasi untuk bertukar-tukar pengumuman dalam suasana yang tiada batasan.


F. METODE PENULISAN

A.Pendekatan Penulisan
Pendekatan penulisan karya tulis ini menggunkan studi deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung untuk menyelesaikan permaslahan yang ada mengenai lembar kerja siswa (LKS), metode interaktif, dan model pembelajaran melalui internet (Web). Data tersebut kemudian dianalisis untuk dirumuskan solusi yang tepat dari permasalahan karya tulis ini.
B.Sumber Penulisan
Sumber data yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.Studi Pustaka
Berdasarkan permasalahan yang muncul, penulis mencari sumber-sumber pustaka yang relevan, mempelajari, dan menuangkannya dalam telaah pustaka.
2.Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan berupa penghimpunan berbagai dokumen yang ada dalam majalah, surat kabar, jurnal maupun buletin ilmiah yang kemudian dihimpun berdasarkan prioritas manfaat sebagai landasan teori.
C.Sasaran Penulisan
Sasaran penulisan karya tulis ini adalah seluruh peserta didik di Indonesia pada jenjang SD, SMP, dan SMA.
D.Tahapan Penulisan
Melihat permasalahan yang muncul ditengah masyarakat, penulis mencari data-data dan pendapat para ahli yang relevan untuk memberikan solusi yang tepat. Kegiatan analisis dilakukan dengan observasi terhadap buku-buku, hasil penelitian, naskah, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Proses analisis data yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini mencakup tiga komponen pokok sebagai berikut ini.
1.Reduksi Data
Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari data yang diperoleh berdasarkan sumber pustaka. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, dan membuang data yang tidak penting agar simpulan dapat diambil.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan susunan informasi yang dapat ditarik dalam penulisan karya tulis ini yang disajikan secara lengkap baik data yang diperoleh melalui studi pustaka maupun dokumentasi kemudian dianalisis dengan kategori dalam permasalahan yang ada guna memperoleh sajian data yang jelas dan sistematis. Data yang telah terorganisir ini kemudian dijabarkan secara deskriptif dalam bentuk tulisan atau gambar.
3. Penarikan Simpulan
Data yang telah direduksi dan didiskriptifkan dalam bentuk sajian data kemudian diinterpretasikan. Setelah itu barulah ditarik simpulan akhir yang sistematis dan perumusan saran yang relevan dengan permasalahan yang dikaji


PEMBAHASAN

A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Interktif Berbasis Web
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Web
Model lembar kerja siswa (LKS) pada karya tulis ini mempunyai pengertian lembar kerja bagi para peserta didik yang disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik tanpa harus didampingi oleh guru. Dalam penggunaan LKS ini digunakan Web sebagai media penyampaiannya kepada peserta didik. Web digunakan karena mempunyai jaringan luas dan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk memilih waktu, tempat maupun materi yang akan dipelajari.
LKS interaktif ini memiliki karakteristik sendiri dan berbeda dengan LKS yang beredar di sekolah saat ini. Adapun perbedaan LKS konvensional dan LKS interaktif berbasis web terlihat pada tabel berikut.
No Perbedaan LKS Konvensional LKS interktif berbasis Web
1. Materi Disajikan dalam bentuk deskriptif Disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik
2. Gambar, grafik maupun tulisan Disajikan dalam keadaan diam Disajikan bergerak dan langkah per langkah, ketika peserta didik tidak mengerti dapat diulang.
3. Komunikasi Dilakukan dengan satu arah Dua arah (ketika peserta didik memberikan jawaban atau respon LKS ini akan memberikan respon/umpan balik)
4. Isi Menekankan banyak pada soal-soal. Menekankan pada penanaman konsep matematika, soal hanya dijadikan sebagai pengantar pemahaman peserta didik
5 Tampilan Disajikan pada lembaran kertas. Disajikan lebih menarik dengan tampilan gambar yang disukai oleh anak-anak dan tampilannya lebih hidup.
Tabel 1. Perbedaan LKS konvensional dan LKS interaktif berbasis Web
Dari tabel tersebut terlihat jelas perbedaan antar kedua LKS. Berdasarkan tabel tersebut pula dapat diprediksi bahwa LKS interaktif ini akan mampu diterima di dunia pendidikan sebagai sebuah pelengkap dalam proses pembelajaran matematika.
Kemajuan teknologi komputer dan internet turut mendukung perkembangan model pembelajaran. Penggunaan komputer tidak terbatas dan memiliki potensi yang besar sebagai media dalam pembelajaran matematika. Penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web ini akan mampu membantu peserta didik dalam mencapai tujuan dari kurikulum. Peserta didik dapat mengatur kecepatan belajarnya, disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Mereka dapat mengulang beberapa kali sehingga benar-benar menguasai materi yang harus dipahaminya. LKS ini juga dapat diperbaharui sewaktu-waktu jika memang dipandang masih ada kekurangan dan tidak relevan dengan perkembangan jaman. Penggunan Web sebagai media penyampaian LKS dimaksudkan agar peserta didik dapat memilih waktu dan tempat untuk belajar.
2. Konsep Model LKS Matematika Interaktif dan Web
Model LKS matematika interaktif berbasis web berbeda dengan LKS yang beredar di sekolah-sekolah. LKS matematika interaktif berbasis web ini digunakan untuk menyampaikan materi dengan serangkaian pertanyaan-pertanyaan sebagai pengantar peserta didik dalam mengkonstruk pemahamannya. Serangkaian pertanyaan tersebut satu dengan yang lain saling terkait. Sehingga peserta didik harus belajar menggunakan LKS ini secara runtut dari awal sampai akhir. Peserta didik mempelajari materi yang disajikan melalui pertanyaan sehingga rumus atau konsep itu ditemukan sendiri oleh peserta didik.
Secara garis besar LKS matematika interaktif terdiri dari 3 bagian sebagai berikut ini.
a. Menu Utama LKS
Di dalam menu utama terdapat menu pilihan untuk menjalankan lembar kerja siswa (LKS). Adapun tampilan LKS interaktif sebagai berikut.

Gambar 1. Tampilan menu utama LKS
Keterangan:
a. Judul berisi jenjang pendidikan dan kelas
b. Tampilan Inti LKS merupakan bagian untuk menampilkan pertanyaan, gambar maupun grafik.
c. Home untuk perintah kembali ke halaman Web utama.
d. Materi untuk menuju halaman materi pembelajaran.
e. LKS merupakan menu pilihan model LKS 1/LKS 2/LKS 3
f. Tujuan untuk menunjukan tujuan pembelajaran.
g. Manfaat untuk menunjukan manfaat pembelajaran.

b. Lembar Kerja Siswa
.
Gambar 2. Tampilan soal LKS
Keterangan:
a. Perintah kepada pengguna LKS
b. Gambar ataupun grafik yang dipelajari mempunyai animasi.
c. Pertanyaan-pertanyaan dan kolom jawaban.
d. Tombol menuju ke menu utama.
e. Tombol pilihan soal tapi pengguna disarankan memilih soal secara urut karena pertanyaan disusun runtun dan sistematis.
f. Tombol menuju simpulan materi.
g. Tombol Next untuk menuju soal selanjutnya dam tombol Back untuk kembali ke soal sebelumnya.
Tampilan simpulan dari materi yang dipelajari sebelumnya tampak pada gambar berikut.

Gambar 3. Tampilan simpulan LKS
Keterangan:
a. Gambar yang dipelajari dan dicari rumus atau konsep.
b. Pertanyaan yang menggarahkan peserta didik untuk dapat menemukan materi yang telah dipelajari.
c. Menu-menu pilihan
c. Desain Website
Homepage merupakan halaman awal (index) munculnya sebuah siteus dalam internet. Pada tampilan homepage terdapat menu – menu pilihan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap. Seperti pada tampilan gambar 4.










Gambar 4 . Tampilan hompage LKS matematika intearktif
Keterangan:
a. Logo adalah lambang pembuat web dan LKS matematika interaktif
b. Nama lembaga pembuat Web dan LKS
c. Menu Pilihan
1. Home merupakan menu kembali ketampilan awal website.
2. Jenjang Pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) digunakan untuk memilih jenjang pendidikan dan kelas. Khusus untuk SD/MI dimulai dari kelas 5. Adapun contoh menu pilihan tersebut sebagai berikut.



Gambar 5. Contoh tampilan pemilihan jenjang pendidikan dan materi
Peserta didik atau pengguna dapat memilih jenjang pendidikan apa yang akan dipelajari beserta materinya.
3. Download merupakan menu yang digunakan untuk mendowload LKS yang ada.
d. Artikel atau berita pendidikan merupakan suatu informasi terkini yang ada di dunia pendidikan, sekaligus merupakan tempat pererta didik atau pengguna dapat saling berhubungan dengan peserta didik yang lain lewat saran maupun komentar.
e. Link ke situs lain Web LKS matematika interaktif ini juga menyediakan menu untuk mengakses situs yang lain.
f. Login menu yang mengharuskan peserta didik untuk menjadi anggota dalam situs sebelum menggunakan LKS. Setelah menjadi anggota peserta didik akan mendapatkan akses untuk menggunakan LKS, berkomunikasi dengan pengguna atau peserta didik yang lain, dan download LKS matematika interaktif.
3. Pembuatan LKS Matematika Interaktif
Pembuatan LKS matematika interaktif berbasis web secara garis besar terdiri dari tiga langkah sebagai berikut.
a. Membuat LKS matematika interaktif
Pembuatan LKS ini dimulai dengan pembuatan konsep LKS. Konsep ini ditulis dalam bentuk script atau naskah, naskah tersebut kemudian dikonsultasikan kepada para ahli matematika. Hal ini dilakukan agar LKS yang disusun nantinya tidak ada kesalahan pada materinya. Ketika naskah tersebut terdapat kesalahan, maka naskah diperbaiki. Dan setelah naskah tidak terjadi kesalahan, maka akan dilanjutkan ke proses mendesain LKS dalam komputer.
Desain model Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dirancang dengan menggunakan software program aplikasi SWiSHmax. Desain ini kemudian diberikan animasi supaya lebih menarik tetapi tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam matematika. Setelah mendesain model LKS dan memberikan efek animasi pada obyek LKS, selanjutnya desain tersebut dirubah kebentuk HTML atau format swf. Format inilah yang akan digabung dengan web yang akan diupload ke dalam internet.
b. Membuat Homepage dan Web didesain
Sebelum membuat web, homepage didesain dengan menggunakan software Macromedia Dreamweaver MX, atau dapat dibuat dengan memakai bahasa htm, asp, php, dan bahasa pemrograman yang lain. Dalam pembuatan homepage ini memerlukan kekreatifan untuk memperoleh tampilan yang indah. Semakin kreatif, maka tampilan hompage dan Web semakin indah. Hal ini akan membuat peserta didik lebih tertarik dan nyaman untuk belajar matematika.
c. Menggabungkan LKS matematika interaktif dengan Web
Setelah LKS interaktif dan Web dibuat langkah selanjutnya adalah menggabungkan keduanya. Menggunakan bahasa program yang telah tersedia dalam Dreamweaver MX atau bahasa htm, asp, php atau yang lain.
Setelah dihasilkan LKS matematika interaktif berbasis web ini, untuk selanjutnya dilakukan uplaod ke internet. Upload ini dapat dilakukan dengan menginduk atau mengikuti server yang telah ada atau membuat server sendiri.
B. Pengenlan dan Pengembangan LKS Matematika Interaktif Berbasis Web
Untuk mempopulerkan penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web di dunia pendidikan, maka perlu diadakan pengenalan. Seperti terus berkembangnnya teknologi setelah LKS ini dikenal di dunia pendidikan perlu adanya pengembangan. Konsep pengenalan dan pengembangan LKS interaktif ini dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1. Pengenalan di Sekolah-Sekolah.
Melalui pengenalan LKS matematika di sekolah-sekolah merupakan upaya yang efektif. Pengenalan ini sekaligus merupakan upaya pengembangan LKS karena dari sekolah-sekolah akan memberikan masukkan, saran maupun kritik mengenai kekurangan dan kesalahan didalam LKS ini.
2. Pelatihan dan Seminar
Sebagai suatu hal yang baru LKS matematika interaktif belum dikenal dan cara penggunaan belum diketahui. Melalui pelatihan dan seminar akan dijelaskan cara penggunaan dan manfaat yang diperoleh menggunakan LKS ini, dengan demikian peserta pelatihan akan mengetahui dan dapat menggunakannya sebagai alat bantu pembelajaran matematika di sekolah.
3. Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian lebih lanjut dapat digunkan sebagai upaya pengenalan sekaligus upaya pengembangan LKS matematika interaktif ini. Sebagai upaya pengenalan penelitian akan memberikan gambaran kepada sekolah dan dunia pendidikan. Melalui penelitian lebih lanjut dapat pula mengembangkan LKS karena akan diketahui keefektifan dan kekurangan yang ada.
Lembar kerja peserta didik (LKS) matematika interktif berbasis web memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan LKS berbasis web dibanding dengan model LKS yang lain adalah sebagai berikut ini.
1. Peserta didik diajak untuk menemukan rumus dan konsep dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya melalui serangkaian pertanyaan yang membangun. Hal ini menjadikan pemahaman dan penguasaan materi akan lebih lama dalam ingatan karena peserta didik yang menemukan rumus maupun konsep itu sendiri.
2. LKS matematika interaktif bebasis web ini mampu untuk menampilkan gambar-gambar yang abstrak (sulit dibayangkan) semisal bangun ruang, grafik dan sebagainya. Gambar maupun grafik ini dapat ditampilkan dengan bentuk dan animasi yang lebih nyata dan menarik sehingga peserta didik akan belajar dengan suasana senang. Hal ini akan menjadikan materi yang disampaikan akan secara cepat dipahami peserta didik.
Kekurangan LKS berbasis web adalah sebagai berikut ini.
1. Pembuatan LKS berbasis web membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Namun kendala ini dapat diatasi dengan adanya kerja sama yang baik antara semua pihak yang terkait.
2. Kemampuan peserta didik dalam menjalankan komputer maupun internet masih kurang. Namun hal ini masih bisa diselesaikan dengan adanya latihan dan mata pelajaran teknologi infomasi di sekolah, serta LKS ini juga dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaanya.
Jadi kekurangan dari LKS berbasis web dapat diatasi dengan solusi yang tepat.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Model LKS matematika interaktif berbasis web menggunakan berbagai pertanyaan yang sistematis dan berstruktur dalam menyampaikan materi. Serangkaian pertanyaan ini dimaksudkan agar peserta didik mampu menemukan konsep atau rumus matematika yang baru dengan menggunkan pemahaman yang telah dimiliki melalui bantuan pertanyaan yang ada di dalam LKS.
2. Pengenalan dan pengembangan LKS matematika interaktif ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Promosi ke sekolah-sekolah.
b. Pelatihan dan seminar.
c. Penelitian lebih lanjut.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut LKS matematika interaktif berbasis web sebagai upaya penyempurnaan dan mengetahui keefektifan penggunaan LKS ini dalam peningkatan kemampuan matematika peserta didik.
2. Apabila terbukti keefektifan LKS matematika interaktif, perlu adanya tindak lanjut oleh guru, sekolah maupun instansi-intansi yang terkait dalam dunia pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
¬¬¬¬Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. http://www.impalaunibraw.org didownload pada tanggal 20 Mei 2007.
Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran. http://www.pustekkom.go.id. Di download pada tanggal 21 Mei 2007.
Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan Matematika 2. Semarang : Jurusan Matematika UNNES.
Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika. Semarang: IKIP Semarang.
Kusumah, Yaya S. 2006. Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer Tipe Interaksi Tutorial Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa (Makalah) dalam Prosiding Konferensi Matematika XIII. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Unnes bekerjasama dengan Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Rahmawati, Laili. 2006. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Salafiyah Pekalongan Kelas VII Semester II Tahun 2005/2006 dalam Pembelajaran Garis dan Sudut Melalui Implementasi metode Inkuiri dengan Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Siahaan, Sudirman. E-Learning (Pembelajaran Elektronik)
Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran di http://www.balitbang.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.
Soekartawi. 2003. Beberapa Kesulitan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Web Pada Sistem Pendidikan Jarak Jauh (Obstacles in Applying Web-based Learning for Distance Education System. http://www.seamolec.or.id. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.
Sugilar. 1996. Hubungan literasi komputer dengan sikap terhadap pembelajaran berbantuan komputer (tesis). PPS - IKIP Jakarta. http://www1.bpkpenabur.or.id/jelajah/02/sosial.htm. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.
Suyitno, Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA Unnes.
Yaniawati, R. Poppy. 2000. Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran Matematika Yang Berbasis Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.

Senin, 19 Juli 2010

Akreditasi Dorong Peningkatan Mutu Pendidikan


Jakarta -- Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M), Umaedi mengatakan, pada 2007-2009 lembaganya telah mengakreditasi 193.365 satuan akreditasi. Pemerinciannya, 20.299 taman kanak-kanak, 4.045 raudhatul atfal (RA); 65.871 sekolah dasar, 5.652 madrasah ibtidaiyah, 10.873 SMP, 3.694 Madrasah Tsanawiyah, 5.081 SMA dan 1.820 Madrasah Aliah. Lalu, 8.034 program keahlian dan sekolah luar biasa, serta 629 program pendidikan/ketunaan.



Akreditasi ini mengacu pada 8 standar nasional pendidikan (SNP) yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.



Adapun kriteria sekolah/madrasah yang dinyatakan terakreditasi setelah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut yakni memperoleh nilai skreditasi sekurang-kurangnya 56, tidak lebih dari dua nilai komponen akreditasi skala ratusan kurang dari 56, dan tidak ada nilai komponen akreditasi skala ratusan kurang dari 40.



Dalam pemeringkatan hasil akreditasi sekolah/madrasah dapat dilakukan yakni untuk peringkat akreditasi A (sangat baik), jika memperoleh nilai akhir (NA) sebesar 86 sampai dengan 100 atau 86?NA?100; untuk peringkat akreditasi B (baik), jika memperoleh nilai akhir (NA) akreditasi sebesar 71 sampai dengan 85 atau 71?NA?85; sedangkan untuk peringkat akreditasi C (cukup baik), jika memperoleh nilai akhir (NA) akreditasi sebesar 56 sampai dengan 70 atau 56?NA?70.



"Gunanya akreditasi adalah mendorong peningkatan mutu pendidikan, karena ini merupakan potret kelayakan sebuah program atau sistem pendidikan sesuai dengan standar yang kita tetapkan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan), Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Mansyur Ramli, saat membuka Seminar Hasil Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah pada 13 Juli, di Hotel Santika, Jakarta. Seminar berlangsung selama dua hari. (nasrul)
SILABUS MATA KULIAH


Program Studi : Pendidikan Matematika
Kode Mata Kuliah : 409303
Nama Mata Kuliah : Penilaian Hasil Belajar Matematika
Jumlah SKS : 3 sks
Semester : 4 ( empat )

Deskripsi Mata Kuliah :
1 Konsep Dasar Pengukuran,Penilaian, Pengujian peranannya terhadap Dunia pendidikan.2.Pendekatan Dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penilaian Pengajaran.3.Penilaian Teknik Tes.4. Penilaian teknik non tes 5.Penyusunan Alat Teknik Tes 6 Penyusunan Alat Teknik non Tes 7.Pengolahan skor 8.Mengkonversi nilai 9 Standard Z dan Standard T 10. Analisis Butir Soal 11 Analisis Validitas 12. Analisis Reliabilitas .13.Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual 1 14 Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual 2.

Standard Kompetensi :
Mahasiswa dapat mengetahui,memahami dan mampu mengimplementasikan konsep-konsep Pengukuran,Penilaian dan Pegujian dalam aktivitas pendidikan dan pengajaran guna mencapai pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan efisien.


Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Pembelajaran Materi
Ajar Waktu Alat/bahan/sumber
Belajar Penilaian
1 Menjelaskan Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menyebutkan :
1.konsep pengukuran, pengujian dan penilaian matematika
2.tujuan dan fungsi penilaian
3.Prinsip penilaian
4.Langka-langkah penilaian
Mengkaji tentang konsep pengukuran, pengujian dan penilaian Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A
Tugas Portofolio,tes essay
2 Menjelaskan
Pendekatan Dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penilaian Pengajaran. Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menentukan :
1.Aspek-aspek perilaku kognitif
2. Aspek-aspek perilaku afektif
3. Aspek-aspek perilaku Psikhomotorik

Mengkaji Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penilaian Pengajaran. Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penilaian Pengajaran. 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A

Tugas Portofolio,tes essay
3Memahami Penilaian Teknik Tes Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu
1.Menyebutkan cara penyusunan tes belajar matematika
2.Menyebutkan beberapa bentuk obyektif
3.Menyebutkan bentuk soal subyektif
4.Menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes bentuk obyektif
5 Menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes bentuk uraian
6. Memberikan skring pada salah satu penilaia tes

Mengkaji Penilaian Teknik Tes Penilaian Teknik Tes 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A
Tugas Portofolio,tes essay
4 Memahami Penilaian Teknik non Tes Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu
1.Merumuskan sendiri kalimat yag dimaksud dengan teknik non tes
2.Menyebutkan beberapa bentuk teknik penilaia non tes
3.Menjelaskan beberapa alat penialaian non tes
4.Memberikan skring pada salah satu penilaia non tes


Mengkaji Penilaian Teknik non Tes Penilaian Teknik non Tes 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto
Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A
Tugas Portofolio,tes essay
5.Memahami Penyusunan Alat Teknik Tes Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menyusun
1 konsep tes secara benar
2 Pegembangan alat penilaian yang berupa tes belajar matematika
3 Aturan-aturan penulisan alat penilaian teknik tes
4. instrumen penilaian tes Mengkaji Penyusunan Alat Teknik Tes Penyusunan Alat Teknik Tes 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A
Tugas Portofolio,tes essay
6.Memahami Penyusunan Alat Teknik non Tes Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menyebutkan
1. konsep non tes secara benar
2. Pegembangan alat penilaian yang berupa non tes
3. Aturan-aturan penulisan alat penilaian teknik non tes
4. Mampu mengembangkan instrumen penilaian non tes Mengkaji Penyusunan Alat Teknik non Tes Penyusunan Alat Teknik non Tes 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
7 Memahami Pengolahan skor Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu :
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
2. Mengolah sor mentah menjadi skor 1-10
Mengkaji Pengolahan skor Pengolahan skor dari skr menta menjadi nilai huruf dan nilai 1-10 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
8.Memahami Pengolahan skor Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu
1. Mengolah skor mentah menjadi standard Z
2. Mengolah skor mentah menjadi skor standard T
Mengkaji bagaimana caranya mengkonversi skor mentah menjadi skor standar Mengkonversi dari sor mentah menjadi skr standar Z dan standar T 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
9. Memahami arti dan letak Taksonomi dalam pendidikan maematika Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu membuat soal dalam pengelompokkan berdasarkan:
1 Taksomo Bloom
2.Taksonomi dalam matematika
Mengkaji taksomi Bloom dan Taksonomi matematika Taksomi Bloom dan Taksonomi 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsipprinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
10.Memahami Analisis Butir Soal Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu
1. menganalisis kesukaran soal
2. menganalisis daya pembeda soal
3. Kegunaan hasil analisis butir soal Melakukan Analisis Butir Soal Analisis Butir Soal 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsipprinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
11.Memahami Validitas suatu instrumen Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menentukan :
1. Validitas suatu instrumen
2. Maksud dari face validity,content validity, contructvalidity dan predictitive validity Mengkaji Validitas instrumen Vaiditas Instrumen 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
12.Memahami Reliabiltas suatu instrumen Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu menentukan :
Menghitung reliabilitas dengan berbagai cara.

Mengkaji reliabiitas instrumen 150’ OHP,LCD,Buku Evaluasi pendidikan- Suharsimi Arikunto.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran –Ngalim Purwanto. Evaluasi Pembelajaran –Safarai, M.A Tugas Portofolio,tes essay
13.Memahami Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual 1 Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu melakukan :
1.Penilaian berbasis kelas
2.Penilaian Kinerja
3.Penilaian Penugasan
4.Penilaian Hasil Kerja Mengkaji
Penilaian berbasisi kelas,
Penilaian Kinerja,
Penilaian Penugasan dan
Penilaian Hasil Kerja
Penilaian berbasisi kelas,
Penilaian Kinerja,
Penilaian Penugasan dan
Penilaian Hasil Kerja 150’ OHP,LCD,Buku Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan kontekstual –Masnur Muslich
Dasar Pemahaman dan Pengembangan KTSP – Masnur Muslich Tugas Portofolio,tes essay

14 Memahami
Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual 2 Setelah mengikuti perkuliahan ini mhsw diharapkan mampu melakukan:
1 Penilaian tes tertulis
2.Penilaian Portofolio
3.Penilaian sikap Mengkaji Penilaian tes tertulis,Penilaian Portofolio,.Penilaian sikap

Penilaian tes tertuls
1.Penilaian Portofolio
2.Penilaian sikap

150’ OHP,LCD,Buku Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan kontekstual –Masnur Muslich
Dasar Pemahaman dan Pengembangan KTSP – Masnur Muslich Tugas Portofolio,tes essay
PEMBUATAN BLOG BARU

Karena banyak yg bertanya tentang apa itu blog, maka agar lebih praktis saya tuliskan saja di sini info dasar blog bagi pemula. Tulisan ini berdasarkan cara pandang saya melihat teknologi blog yg sekarang lagi tumbuh pesat diminati tidak hanya kalangan awam, tapi juga mulai merambah ke kalangan intelektual dan akademisi serta selebritis Indonesia. Di luar negeri, blog sudah berkembang sejak lama. Kita saja yg memang suka ketinggalan.


1. Apa itu blog?

Blog adalah situs pribadi. Berbeda dg website yg setiap memposting harus susah payah memakai kode ekstensi .html .php, .asp, dll, blog merupakan otomatisasi dari semua ekstensi tsb. Sehingga karena sudah diotomatisasi, maka kita-kita semua yg lugu teknologi menjadi ostosmastis dapat memposting apa yg kita inginkan persis seperti kita memposting email ke teman atau ke milis.

Dan karena kemudahan inilah, maka semua orang yg tahu internet dapat membuat blog atau situs pribadi; sama halnya dg memiliki email. Tak heran apabila pemilik blog bervariasi: mulai dari pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, tukang jualan sayur di pasar klewer, cewek-cewek "ramah" di pasar senggol, sampai profesor dan menteri-menteri.

2. Bagaimana cara membuat blog?

Seperti halnya email, buat account dulu di free blog provider (pemberi hosting/domain blog gratis). Yg paling populer adalah http://www.blogger.com. Bagi Anda yg sudah agak melek-huruf teknologi bisa juga buat account di http://www.wordpress.com dan http://blogsome.com. Selain yg dua ini masih banyak penyedia blog gratis yg bisa Anda ketahui kemudian. Ikuti pentunjuk step-by-step ketika mendaftar.

3. Setelah selesai register/sign-up di http://blogger.com, anda dapat mulai memposting/mempublish apapun yg Anda inginkan di blog: mulai dari curhat, puisi, cerpen, tulisan serius sampai yg canda.


CARA MEMBUAT BLOG DI BLOGGER

Membuat blog di blogger.com sangatlah mudah.
Sekarang saya akan tunjukan cara untuk membuat sebuah account baru di blogger.com, yang 100% gratis. Saya merekomendasikan anda untuk membuat blog di blogger.com karena program ini sangat didukung penuh oleh google, sehingga apabila kita membuat blog disini maka google akan cepat mengindeks blog kita. Alhasil blog kita akan muncul dihalaman pencari google.

* LANGKAH KE-1 (GETTING STARTED)


Silahkan anda kunjungi website www2.blogger.com

* LANGKAH KE-2 (CREATE AN ACCOUNT)


Setelah page terbuka, silahkan anda klik CREATE AN ACCOUNT setelah anda klik, maka akan muncul form untuk mengisikan nama dan password. Silahkan isi dan anda harus selalu ingat username dan password yang anda isikan.
Jangan lupa untuk menceklist Term of service agreement.
Kemudian klik tombol panah "Continue" untuk melanjutkan ke langkah ke-3

* LANGKAH KE-3 (NAME YOUR BLOG)


Bagian ini sangat penting, karena nama dari blog anda nantinya akan menjadi sebuah keyword.
TIPS: agar blog anda mudah terindex oleh search engine(mesin pencari), maka alangkah lebih bagusnya jika anda membuat sebuah kesamaan antara addres dan name dari blog anda!
Sekarang klik tombol panah ORANGE"Continue" untuk melanjutkan ke langkah ke-4

* LANGKAH KE-4 (CHOOSE YOUR BLOG TEMLATE)


Sekarang anda haya tinggal selangkah lagi untuk mempunyai webblog buatan sendiri!!!
Disini anda ditujukan untuk memilih warna dan bentuk dari web anda. Silahkan pilih sesuai dengan topic dan selera anda.
OK jika anda sudah selesai memilih template, sekarang kita akan lanjut ke langkah berikutnya.
Sekarang klik tombol panah ORANGE"Continue" untuk melanjutkan ke langkah ke-5

* LANGKAH KE-5 (GENERATE YOUR BLOG)


Sekarang blogger akan menciptakan blog anda. Setelah blog selesai dibuat, maka di browser anda akan ada tulisan "Your Blog Has Beeb Created" Klik start Posting untuk untuk membuat artikel/tulisan pertamamu.
Sekarang Isikan Judul artikel kamu pada kolom tile, dan tulis isi dari artikelmu di bawahnya!

SELAMAT!! sekarang anda sudah mempunyai blog sendiri dan sudah bisa dilihat dari penjuru dunia manapun :)

Jumat, 09 Juli 2010

Bahan Pelatihan TIK untuk Pendidikan
Panduan bagi Trainer

Strategi Pembelajaran Berbasis TIK
Oleh : Khairuddin, S.Pd


Makalah ini akan mengajak peserta pelatihan untuk memahami Strategi Pembelajaran
Berbasis TIK. Setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul 2, diharapkan
peserta pelatihan akan memahami tentang perbandingan model pembelajaran
konvensional dan pembelajaran berbasis TIK, model pembelajaran berbasis TIK,
langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis TIK, serta kondisi prasarat untuk
mengambangkan pembelajaran berbasis TIK.
Modul ini dirancang untuk disajikan dalam waktu 2 x 45 menit. Pada saat pelatihan,
diupayakan semua peserta terlibat dalam membahas dan mendalami modul ini. Diskusi
yang diselenggarakan bisa melalui eksplorasi pengalaman peserta, memberikan masukan,
dan/atau menyajikan pengetahuan/teori/paktek dari berbagai sumber yang telah dimiliki
peserta. Tutor lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Hargai setiap pendapat yang
disampaikan peserta. Setiap sub topik yang dibahas, disimpulkan sehingga menjadi
kesepakatan bersama.

3 Kegiatan Belajar

Pembelajaran yang Ideal

Berikut ini adalah beberapa kasus yang diangkat dari temuan di lapangan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.

Kasus 1:
Seorang guru merenung. Dia merasa bahwa sudah segala daya, upaya, dan tenaga
dikerahkan, tetapi siswanya masih belum nampak terlibat dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung. Guru sudah berapi-api mengajar, suara sudah sekeras mungkin
dikeluarkan, tulisan di papan tulis pun selain sudah jelas juga besar. Dia merasa bahwa
perjuangan tersebut sia-sia, karena beberapa siswa matanya lebih banyak melihat ke luar
jendela kelas, siswa lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, yang lainnya
nampak berulang-ulang melihat jam seperti ingin mempercepat berjalannya waktu.
Secara umum, pembelajaran yang diselenggarakan guru tidak menarik bagi siswa.

Kasus 2:
Seorang siswa menyanggah teori yang baru saja disampaikan gurunya dalam
pembelajaran dalam kelas. Guru dan siswa saling beradu argumentasi, kedua-duanya
saling mempertahankan pemahaman yang mereka miliki. Masing-masing tidak dapat
menjelaskan kebenaran dalam kekiniannya. Sampai dengan berakhirnya pembelajaran,
tidak ada kesepakatan yang dapat diambil.

Kasus 3:
Sesaat akan dimulainya pembelajaran, siswa menampilkan mimik ketidaksabaran untuk
segera mengikuti proses pembelajaran. Siswa menampilkan kesan seolah-olah menanti
sebuah pertunjukkan spektakuler dari seseorang yang diidolakan. Kelas terasa hangat.
Begitu pembelajaran dimulai, Guru tampil dengan senyum yang segar, mulai membuka
pertunjukkan. Pada bagian pembukaan pembelajaran, Guru menyajikan stimulus yang
dikemas sedimikian rupa sehingga memunculkan rangsangan response luar biasa pada
diri siswa. Siswa aktif dan kreatif dalam mencari pengetahuan yang hanya diarahkan
guru. Siswa seolah-olah yang memegang kendali pembelajaran. Siswa merasa bahwa dia
sangat butuh dan ingin menuntaskan kepenasaran dari stimulus yang diberikan guru.
Akibatnya, guru tidak perlu bersusah payah menghabiskan tenaga. Guru hanya
mengarahkan, melayani pertanyaan, serta menjadi pemberi kemudahan bagi siswa
(fasilitator). Pada saat terdengar bel tanda berakhirnya pembelajaran, terdengar suara
siswa yang menyayangkan waktu terlalu cepat berlalu. Terasa aroma pembelajaran yang
bermakna, dialogis, dinamis, serta bermuara pada pembelajaran yang menyenangkan.
Diskusikan antar peserta :
1. Apa pandangan peserta terhadap setiap kasus tersebut?
2. Manakah diantara kasus tersebut yang pernah dialami?
3. Kasus manakah yang paling ideal terjadi dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah upaya agar pembelajaran ideal tersebut dapat terjadi?

Diharapkan peserta tidak setuju dengan kasus 1 dan kasus 2, dengan pembelajaran yang
satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran, guru
sebagai satu-satunya sumber ilmu, tidak ada media pedukung (hanya teori), siswa pasif,
siswa bosan, pembelajaran tidak menyenangkan, pembelajaran tidak bermakna, hasil
pembelajaran tidak membanggakan.
Diharapkan peserta setuju dan mengidam-idamkan kasus 3. Pembelajaran yang ideal.
Guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, siswa sebagai subjek pembelajaran, guru
kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran, pembeajaran berorientasi kepada
kehidupan nyata tidak hanya kepada buku.
Jika dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam
kelas, dapat diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard,
whiteboard, keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan
virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh
dari YouTube dengan judul MIT Sketching.
Dalam film tersebut Nampak seorang guru dapat mengajar dengan dinamika dan media
yang mengarah kepada realistis. Guru menggambarkan objek dipapan tulis (whiteboard)
tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya, siswa
tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.
Cerita tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat
dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita
tentang dunia komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan
materi di Jepang dengan menggunakan virtualboard, seorang siswi berkomunikasi dengan
Ibunya menggunakan fasilitas ViCon dengan HandPhone.
Agar peserta lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai alat
bantu pembelajaran (sementara di dunia luar telah terjadi perkembangan digital yang
semakin canggih), dapat pula disajikan film dari Microsoft tentang Surfacing Computer.
Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor,
melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor.
Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar
formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran yang tidak
hanya dibatasi ruang dan waktu (Modul 1). Sebelum atau setelah pembelajaran di dalam
kelas diselenggarakan, guru telah/akan menugaskan kepada siswa untuk mencari berbagai
sumber ilmu dengan berbagai cara/media sesuai dengan perkembangan teknologi digital.

Diskusikan antar peserta :
1. Seberapa pentingkah media pembelajaran dibutuhkan dalam menunjang
pembelajaran?
2. Media seperti apakah yang paling ideal digunakan dalam pembelajaran?
3. Media apa yang dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan siswa dapat
berlangsung tanpa dibatasi ruang dan waktu?
4. Sesering apakah peserta menggunakan media pembelajaran berbasis TIK?
5. Pernahkan peserta menyelenggarakan pembelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu?
Seperti apa yang sudah dilakukan peserta dalam menyelenggarakan pembelajaran
yang tidak hanya diselenggarakan di dalam kelas saja?
Paltimer (1991) membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer
dengan pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis
komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap
pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa
kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensional.
Diskusikan perbandingan kekuatan (strength) antara pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran berbasis TIK:
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Berbasis TIK
Diskusikan perbandingan kelemahan (weaknesses) antara pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran berbasis TIK:
Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK
Peserta menuliskan di kertas karton yang sudah ditempel dan memuat table tersebut.
Peserta berdiskusi, mana yang disetujui sebagai hal benar tentang kekuatan dan
kelemahan perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis
TIK. Jika ada isian yang sama pengertiannya, dirangkumkan menjadi satu pernyataan.
Model Pembelajaran Berbasis TIK:
Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai
hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat).
Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai
sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan.
Kozma (1991) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik,
elektronik, bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara)
serta sarana yang digunakan (radio, video, komputer, buku).
Peserta dibagi kertas yang berisi pertanyaan-perntanyaan di bawah ini. Peserta
memberikan respon pada kertas yang dibagikan. Setelah selesai, peserta dapat
membacakan respon masing-masing. Setelah selesai, seluruh peserta diajak untuk
menarik kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Diskusikan antar peserta:
1. Apa pengertian BELAJAR yang Anda ketahui?
2. Teori belajar apa yang pernah Anda ketahui dan pahami?
3. Sebutkan gaya belajar yang Anda ketahui.
4. Adakah hububungan antara kebutuhan media pembelajaran dengan proses
pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar?
5. Jika Anda mempunyai kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran
berbasis komputer, aspek apa saja yang harus menjadi bahan pertimbangan
(persyaratan) dalam pengembangan media pembelajaran yang baik?
6. Jelaskan model pembelajaran berbasis TIK yang Anda ketahui?
7. Pada saat Anda akan mengembangkan media pembelajaran, bagaimanakah urutan
proses yang Anda tempuh dalam mengembangkan media pembelajaran hingga siap
digunakan?
Kondisi prasyarat
Banyak siswa merasa mudah memproses informasi yang berbentuk visual, sementara
siswa lainnya merasa mudah bila ada suara, tetapi ada pula sebagian siswa yang merasa
mudah apabila sumber informasi disajikan dalam bentuk teks (Anderson, 1981).
Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu
menangkap/menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah
diolahnya. Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu
dalam bentuk tujuh kecerdasan, yaitu (1) logis-matematis, (2) spasial, (3) linguistik, (4)
kinestetik-keperagaan, (5) musik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Media yang
dapat mengakomodir persyaratan-persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer
mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan
animasi (simulasi).

Disisi lain, guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran
berbasis TIK. Selain kemampuan, perlu pula disiapkan perangkat pendukung kegiatan
pembelajaran berbasis TIK.
Diskusikan antar peserta :
Dipandang dari berbagai sisi, prasyarat apa saja yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pembelajaran berbasis TIK?

Diharapkan akan diperoleh kesepakatan tentang :
1. SDM (guru)
2. Perangkat (hardware/software/Silabus/RPP)
3. Kebijakan yang mendukung terselenggaranya kegiatan pembelajaran berbasis TIK
Penutup
Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk
pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi hukum akibat (Law
of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari
rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang
(S-R).
Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah
positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992)
menyatakan para guru masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun komputer
merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit
yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut
disebabkan berbagai factor, baik internal (diri guru sendiri) maupun factor eksternal
(fasilitas dan kebijakan).
Poin penting yang diharapkan muncul dalam kesimpulan yang ditarik oleh para peserta
dan fasilitator adalah :
1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam
proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis
TIK.
3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat
berjalan.

TANYA JAWAB KTI GURU


KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Oleh Khairuddin, S.Pd

Guru profesional dituntut tidak hanya melaksanakan, tetapi jugaharus mengembangan profesinya. Hanya bagi mereka yangmampu mengembangkan profesinya, diberikan penghargaaan,antara lain dengan kenaikan pangkat/golongan.Setiap macam kegiatan pengembangan profesi, diberikan nilai (disebut sebagai Angka Kredit Pengembangan Profesi). Kenaikan golongan IVa ke atas, menuntut sedikitnya 12 angka kredit.

Menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesi guru. Saat ini, macam KTI yang banyak diminati guru adalah KTI hasil penelitian, yang berupa laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.
1. Apakah kegiatan Pengembangan Profesi HARUS melalui Karya Tulis Ilmiah ?
Jawab :
TIDAK. Terdapat 5 macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan baik oleh pengawas sekolah maupun guru, yaitu
a. pengawas
• membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
• menemukan Teknologi Tepat Guna,
• menciptakan karya seni
• menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan, dan
• menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan sekolah
b. Guru
• membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
• menemukan Teknologi Tepat Guna,
• membuat alat peraga/bimbingan,
• menciptakan karya seni, dan
• mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Jadi, membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) hanya merupakan salah satu bentuk dari kegiatan pengembangan profesi. Masih ada berbagai kegiatan yang lain.

2. Apakah KTI harus berupa laporan penelitian?
Jawab :
TIDAK. KTI tidak harus berupa laporan hasil penelitian. Terdapat 7 (tujuh) macam karya
tulis ilmiah dan salah satu di antaranya adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI) hasil penelitian.
Macam KTI adalah sebagai berikut:
a. pengawas
1. KTI hasil penelitian
2. KTI tinjauan/ulasan ilmiah
3. Tulisan Ilmiah Populer
4. Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah
5. Buku

Guru
1. KTI hasil penelitian
2. KTI tinjauan/ulasan ilmiah
3. Tulisan Ilmiah Populer
4. Prasaran disampaikan dalam
pertemuan ilmiah
5. Buku
6. Diktat
7. Karya terjemahan

TUGAS GURU PEMANDU



BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) bertujuan mengupayakan peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Program BERMUTU meliputi 4 komponen pokok, yaitu: 1. Komponen reformasi pendidikan calon guru di Perguruan Tinggi; 2. Komponen Continous Profesional Development di tingkat sekolah; 3. Komponen sistem akunta-bilitas dan insentif peningkatan kinerja dan karier guru; dan 4. Komponen monitoring dan evaluasi kinerja guru. Pada komponen yang ke-2, salah satu kegiatannya adalah pemberdayaan dan peningkatan kinerja guru SD dan SMP di Sanggar KKG dan MGMP yang terdekat.
Sasaran peserta program BERMUTU di KKG/MGMP diutamakan guru yang belum
berkualifikasi S-1. Diharapkan mereka dapat melanjutkan ke LPTK (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) di Perguruan Tinggi yang terakreditasi untuk memperoleh gelar sarjana. Pengalaman kesertaan mereka selama mengikuti program BERMUTU dapat dikonversi ke dalam SKS (satuan kredit semester) sekitar 40-60 sks. Penghargaan SKS itu diperoleh dari produk belajar yang dihasilkan dari kegiatan di KKG/MGMP, misalnya: kajian kritis bidang ilmu, studi kasus pembelajaran, laporan lesson study, laporan PTK, dan hasil lainnya. Karya-karya guru tersebut selanjutnya dinilai oleh LPTK untuk mendapatkan sejumlah SKS yang dapat mengurangi beban belajar atau masa studi di LPTK. Harapannya mereka memiliki kemauan kuat dan mendapat sedikit kemudahan dalam melanjutkan studi S-1 di LPTK. Kepemilikan kualifikasi S-1 itu memungkinkan mereka memiliki kesempatan mengikuti sertifikasi guru.
Artikel ini ditulis bertujuan untuk ikut mensosialisasikan Program BERMUTU kepada pembaca awam, khususnya kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan dan peningkatan kinerja guru di Sanggar KKG/MGMP. Selain itu, tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya peran Guru Pemandu dalam keberhasilan pelaksanaan Program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP. Harapan penulis, para guru dan pembaca Buletin ini mengetahui sekilas mengenai pengertian, tujuan, kegiatan, dan sasaran Program BERMUTU. Guru Pemandu sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan Program BERMUTU di sanggar KKG/MGMP dapat memahami peran dan tugasnya sehingga memberikan andil bermakna dalam keberhasilan Program BERMUTU.

Tim Pengembang Program BERMUTU

BERMUTU merupakan program nasional yang melibatkan banyak pihak dan memerlukan dana besar. Pihak yang terlibat adalah Dirjen PMPTK (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan), Dirjen Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), Balitbang Diknas (Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional), Menpan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara), BKN (Badan Kepegawaian Nasional), P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan), LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), dan Pemerintah Kabupaten/Kota mitra BERMUTU. Dana yang diperlukan untuk mendukung Program BERMUTU ini sebesar Rp19.510.000.000,00. Dana itu diperoleh dari Pinjaman Bank Dunia, Hibah Pemerintah Belanda, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Tim pengembang yang terlibat secara teknis operasional dalam Program BERMUTU secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. NCT (National Core Team=Tim Inti Nasional)
Tim ini digawangi oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (Direktorat Bindiklat), Ditjen PMPTK, Depdiknas bekerja sama dengan Ditjen Dikti. Tim inti nasional inilah yang merancang program secara nasional dan menyiapkan Modul atau BBM (Bahan Belajar Mandiri) serta perangkat lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Program BERMUTU. NCT ini pula yang membentuk PCT dan melakukan sosialisasi program BERMUTU.
2. PCT (Provincial Core Team=Tim Inti Provinsi)
Tim ini diprakarsai oleh Widyaiswara LPMP, Dosen LPTK setempat, dan Instruktur Dinas Pendidikan Provinsi. Tim Inti Provinsi ini bertugas melakukan sosialisasi Program BERMUTU ke daerah, membentuk DCT dan melatih Guru Pemandu KKG/MGMP di kabupaten/kota mitra BERMUTU, dan melakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan Program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP.
3. DCT (District Core Team = Tim Inti Daerah)
Tim ini beranggotakan unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Sekolah, dan Kepala Sekolah. Tim Inti Daerah bertugas menyiapkan pembentukan Sanggar KKG/MGMP sesuai ketentuan yang berlaku, mengajukan proposal untuk memperoleh DBL (Dana Bantuan Langsung), menetapkan peserta dan Guru Pemandu Program BERMUTU, dan menyusun laporan kegiatan serta mempertanggungjawabkan dananya.
4. GP (Guru Pemandu)
Guru Pemandu merupakan ujung tombak pelaksanaan program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP. Guru Pemandu adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan mengajar, mendidik, dan melatih peserta Program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP. Dalam pelaksanaannya, Guru Pemandu ini dapat direkrut dari instruktur, widyaiswara, dosen, pengawas, atau narasumber yang dipandang mampu.

Peran Guru Pemandu

Berdasarkan peran dan tugas tim pengembang di atas, dapat dilihat bahwa peran Guru Pemandu sangat menentukan dalam keberhasilan Program BERMUTU. Mereka dapat diibaratkan sebagai ujung tombak yang amat menentukan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan Program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP. Bila ujung tombak itu hanya sekadar ‘pucuk daun’, sudah barang pasti tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Namun, apabila ujung tombak itu dari ‘besi baja’ yang terasah, dapatlah diharapkan kemampuannya dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Untuk menjamin Guru Pemandu BERMUTU yang berkualitas, upaya yang dapat dilakukan adalah: penetapan kriteria sebagai syarat perekrutannya, pelatihan berkelanjutan yang sistematis, dan pemberian kompensasi yang memadai. Pihak yang tepat untuk mewujudkan hal itu adalah LPMP bekerja sama dengan LPTK dan Dinas Pendidikan. Di masa mendatang, pembinaan terhadap Guru Pemandu perlu dipersiapkan secara serius untuk menjamin mutu pelaksanaan Program BERMUTU di Sanggar KKG/MGMP.
Kriteria Guru Pemandu BERMUTU –seperti yang ditentukan oleh LPMP Jawa Tengah bersama DCT 10 Kabupaten Mitra BERMUTU—sebagai berikut ini.

1. Kualifikasi pendidikan minimal S-1,
2. Berstatus sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil),
3. Berprofesi Guru / Kepsek / Pengawas / Widyaiswara/Dosen yang masih aktif,
4. Minimal golongan IIIc,
5. Pernah melakukan PTK (Penelitian Tindakan Kelas),
6. Menguasai dasar-dasar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi),
7. Usia maksimal 50 tahun, dan
8. Memiliki komitmen tinggi terhadap program BERMUTU.

Adapun materi Pelatihan yang diberikan meliputi: gambaran umum BERMUTU, Case Study, Lesson Study, PTK, TIK, Tematik, Model Pembelajaran Inovatif, Andragogi, KTSP, pengembangan instrumen penilaian, dan kajian bidang akademik . Semestinya, ada kegiatan lanjutan untuk melihat kinerja dan kesulitan yang dihadapi Guru Pemandu setelah melaksanakan tugasnya di Sanggar KKG/MGMP. Pelatihan bagi mereka sebaiknya menggunakan model in-1—on—in-2--on. Artinya, sebelum melaksanakan tugas mereka dilatih di LPMP pada in-1), selanjutnya melaksanakan tugas di Sanggar KKG/MGMP. Setelah selesai 6-8 pertemuan, mereka kembali dilatih atau ‘diasah’ ketajaman ujung tombaknya dalam in-2. Usai pelatihan kedua itu, mereka kembali menjalankan tugasnya di Sanggar KKG/MGMP. Hanya dengan pelatihan yang baik, sistematis, dan berkelanjutan kita dapat berharap Guru Pemandu memiliki kompetensi yang memadai untuk dapat memberikan kontribusi bermakna dalam keberhasilan Program BERMUTU.
Hal yang tidak boleh dilupakan dalam upaya meningkatkan kualitas Guru Pemandu adalah kompensasi yang wajar dan memadai atas jerih payah mereka. Honorarium untuk mereka harus pantas dan transparan. Selama ini, belum ada ketentuan yang jelas yang mengatur tentang hak dan kewajiban Guru Pemandu. Sebaiknya juga, pasca melaksanakan tugas Guru Pemandu dapat diberi sertifikat atau surat keterangan dari LPMP atau Dinas Pendidikan.
Kewajiban Guru pemandu sesungguh-nya tidaklah ringan. Mereka paling tidak dituntut dapat secara baik dalam merencanakan pembelajaran. Kegiatan perencanaan itu meliputi: membuat silabus dan satuan acara pembelajaran, menyiapkan materi, serta media pembelajaran yang diperlukan dalam setiap pertemuan. Selanjutnya, mengajar yaitu mentransfer ilmu pengetahuan, menyajikan dan memahamkan materi pada Bahan Belajar Mandiri kepada peserta. Tugas mendidik juga harus diperankan oleh Guru Pemandu yang difokuskan pada meningkatkan semangat belajar, minat baca, minat menulis, dan minat meneliti pada diri peserta. Guru Pemandu juga dituntut dapat melatih peserta untuk dapat menguasai keterampilan menulis case study, menyelenggarakan Lesson Study, menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas, dan pemanfaatan komputer serta internet. Akhirnya, Guru Pemandu harus melaporkan kegiatan yang telah dilakukan di Sanggar KKG/MGMP kepada DCT dan LPMP sebagai bentuk pertanggungjawaban tugasnya.
Sukses Program BERMUTU adalah harapan kita semua. Untuk mewujudkan hal itu, menuntut komitmen kuat pada semua pihak yang terlibat di dalamnya. Tim Inti Nasiona, Tim Inti Provinsi, Tim Inti Daerah, dan Guru Pemandu harus bekerja sungguh-sungguh sesuai perannya masing-masing. Namun, mengingat tugas Guru Pemandu yang berada di garda depan selayaknya dapat menjadi ujung tombak yang tajam terasah agar dapat memberikan andil bermakna dalam keberhasilan Program BERMUTU.

Gerung, Juli 2010

Biodata Penulis
Nama:Khairuddin, S.Pd
Instansi:
SMPN 2 Gerung
Pendidikan:
S-1 Pendidikan Matematika
Pengalaman:
Anggota PCT BERMUTU Provinsi NTB