Jumat, 23 Juli 2010

LAPORAN HASIL SEMINAR DAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
15 – 16 Maret 2007 DI P4TK (PPPG) MATEMATIKA

TEMA:
Inovasi pembelajaran matematika dalam rangka
menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global
Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Dasar Pemikiran
Masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut
memenangkan persaingan global yang akan berlangsung sangat ketat. Mutu
pendidikan nasional yang prima diyakini mampu membangun insan Indonesia yang
beriman, cerdas, dan kompetitif serta mampu memenangkan persaingan global.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Depdiknas telah mengagendakan tiga kebijakan
pokok, yaitu: (1) Perluasan dan pemerataan akses. (2) Peningkatan mutu, relevansi
dan daya saing. (3) Governance akuntabilitas dan pencitraan publik. Tentunya,
kebijakan lainnya dari Depdiknas dan Ditjen PMPTK patut menjadi acuan para peserta
seminar.
TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) adalah suatu
rangkaian penilaian internasional yang dilaksanakan di hampir 30 negara (termasuk
Indonesia) untuk mengukur perkembangan (trends) pembelajaran matematika dan
sains. Tujuannya adalah untuk menyediakan data tentang prestasi siswa. Pertanyaan
yang dapat diajukan di antaranya adalah: Seberapa jauh perbedaaan prestasi siswa
Indonesia jika dibandingkan dengan siswa negara lain? Mampukan mereka bersaing di
masa depan? Mengapa prestasi siswa Indonesia lebih baik atau malah lebih jelek?
Dapatkah hasil TIMSS menjawab pertanyaan tersebut maupun pertanyaan lainnya?
Pemerintah sejauh ini telah berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas para guru melalui kegiatan kualifikasi dan sertifikasi. Isu sertifikasi guru
menjadi isu hangat para guru di Indonesia. Untuk mengantisipasi pemberlakuan
sertifikasi guru ini, para tokoh guru di sekolah dan para widyaiswara P4TK (PPPG) dan
LPMP, serta para pendidik di lembaga pendidikan lainnya sudah seharusnya
mengetahui secara lebih terinci tentang sertifikasi ini.
Di Indonesia, para matematikawan (murni dan pendidikan) telah bergabung dalam
satu wadah yaitu Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI atau IndoMS).
Menghadapi tantangan global di masa yang akan datang, pemikiran para
matematikawan di Indonesia, terutama pakar di bidang pendidikan sangatlah penting.
Untuk itu sudah saatnya para guru, widyaiswara, serta para pendidik di lembaga
pendidikan lainnya dapat bekerja sama dengan para matematikawan. Semiloka di
P4TK (PPPG) Matematika dimaksudkan juga untuk menjadi awal kerja sama ini
LaporanHasilSemlok2007
1
dengan memberi kesempatan kepada sayap pendidikan matematika dari himpunan
tersebut untuk membahas inovasi pembelajaran matematika.
Tidak diragukan lagi bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan mengembangkan daya pikir manusia. Karenanya, menghadapi tantangan global
ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah ke arah mana inovasi pembelajaran
matematika dalam rangka menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global?
A. Pemakalah
1. Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) diwakili
Sekretaris Ditjen PMPTK, Ir Giri Suryatmana: ‘Kondisi Anak Indonesia Saat Ini.’
2. Kasubdit Program, Direktorat Pembinaan Diklat, Hendarman, PhD: ‘Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan dan Lembaga Diklat Guru, Pembelajaran Matematika,
Sertifikasi, dan Keterkaitan Widyaiswara/Guru Sejenis.’
3. Tim Video Study PMPTK dan World Bank diwakili Dra Puji Iryanti, M.Sc.Ed: ‘Video
Study Pengajaran Matematika SMP di Indonesia Tahun 2007.’
4. Konsorsium Sertifikasi Guru Ditjen Dikti diwakili Dr Badrun: ‘Sertifikasi Guru:
Apa, Mengapa & Bagaimana?’
5. Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI/IndoMS) sayap pendidikan matematika
diwakili Drs Abdur Rahman As'ari, M.Pd., MA.: ‘Pembelajaran Matematika Inovatif:
Masih Adakah Ruang Untuk Inovasi dan Seperti Apakah Bentuk Inovasinya?’
B. Peserta
1. Widyaiswara P4TK (PPPG) Matematika Yogyakarta dan P4TK (PPPG) Teknologi
Malang
2. Widyaiswara 30 LPMP seluruh Indonesia
3. Dosen Pendidikan Matematika dari beberapa Universitas.
4. Guru Matematika SD, SMP, SMA, dan SMK mewakili KKG dan MGMP Matematika
5. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakaarta
6. Wakil dari Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)
7. Wakil dari Badan Diklat Keagamaan Departemen Agama
C. Poin-poin Penting Hasil Seminar
1. Rendahnya kemampuan siswa Indonesia (lihat makalah Giri serta Hendarman). Hal
ini ditandai dengan:
• Data TIMSS 2003 menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia (Rata-rata: 411)
agak jauh di bawah Malaysia (Rata-rata: 508) dan Singapura (Rata-rata: 605).
Skala Matematika TIMSS – Benchmark Internasional menunjukkan bahwa siswa
Indonesia berada pada skala rendah (peringkat bawah), Malaysia pada skala
LaporanHasilSemlok2007
2
antara menengah dan tinggi (di peringkat tengah), dan Singapura berada pada
skala lanjut (peringkat atas).
• Namun siswa Indonesia (169 jam di Kelas 8) lebih banyak menggunakan waktu
dibandingkan siswa Malaysia (120 jam di Kelas 8) dan Singapura (112 jam di
Kelas 8).
2. Proses pembelajaran di kelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking skills) dan kurang berkait langsung dengan kehidupan
nyata sehari-hari (kurang penerapan, kurang membumi, kurang realistik, ataupun
kurang kontekstual). Hal ini ditandai dengan:
• Data TIMSS 2003 (lihat makalah Leung dari Puji) yang menunjukkan bahwa
penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan
keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada
penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari,
berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis
• Pendapat Ashari, wakil Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI atau IndoMS)
yang menyatakan karakteristik pembelajaran matematika saat ini adalah lebih
mengacu pada tujuan jangka pendek (lulus ujian sekolah, kabupaten/kota, atau
nasional), materi kurang membumi, lebih fokus pada kemampuan prosedural,
komunikasi satu arah, pengaturan ruang kelas monoton, low order thinking
skills, bergantung kepada buku paket, lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan
tingkat rendah
• Hasil Video Study yang saat ini sedang berlangsung menunjukkan juga bahwa:
ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan selama mengajar,
waktu yang digunakan siswa untuk problem solving 32% dari seluruh waktu di
kelas, guru lebih banyak berbicara dibandingkan dengan siswa, hampir semua
guru memberikan soal rutin dan kurang menantang, kebanyakan guru sangat
bergantung dan sangat mempercayai buku teks yang mereka pakai, dan
sebagian besar guru belum menguasai keterampilan bertanya.
• Guru matematika peserta seminar menyatakan bahwa ada siswanya yang
menyatakan soal PISA atau TIMSS sulit karena belum diajarkan.
3. Menurut Giri, Sekretaris Ditjen PMPTK, setiap insan dibekali komposisi bentuk
kecerdasan yang unik. Karenanya pendidikan harus menjadi wahana pembentuk
dan pemoles intan potensi diri sehingga seseorang dapat menemukan arah dan
jalan hidupnya. Untuk itu, pendidikan yang ditawarkan adalah pendidikan berbasis
komunitas yaitu pendidikan yang dirancang sebagai sebuah taman yang akan
mengembangkan keunikan potensi setiap individu untuk pngembangan nilai
kemanusiaan, menghormati siswa sebagai individu, belajar melalui pengalaman,
LaporanHasilSemlok2007
3
guru sebagai pendidik, advisor, teman dan fasilitator, mengembangkan demokrasi,
partisipatoris, mengembangkan budaya kebhinekaan didalam masyarakat global,
dan pengembangan spiritualitas. Pendekatan proses belajar menggunakan prinsip
8 K untuk menjadi guru yang melegenda: kasih sayang; kepedulian; kesabaran;
kreativitas; kerendahan hati; kebijaksanaan; komitmen; dan kejujuran.
4. As'ari mengutip pendapat NCREL (2003) bahwa pada dasarnya abad ke-21 ini
diwarnai oleh beberapa karakteristik berikut: (1) merupakan dunia digital, (2)
menuntut pemikiran inventif, (3) menuntut komunikasi efektif, dan (4) menuntut
produktifitas tinggi. Karenanya, perlu ada perubahan proses pembelajaran di kelas
yang mengacu pada peningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skills).
5. Masih menurut As'ari, pembelajaran matematika masa kini harus mengantarkan
siswa menjadi: (1) pemikir yang analitis, (2) pemecah masalah, (3) inovatif dan
kreatif, (4) komunikator yang efektif, (5) kolaborator yang efektif, (6) melek
informasi dan media, (7) memiliki kesadaran global, dan (8) melek finansial dan
ekonomi. Karenanya, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
membiasakan pembelajaran berbasis masalah, mengajak siswa untuk selalu
menjelaskan dan mempertahankan proses dan hasil kerjanya dari kritik yang
dilancarkan temannya, membiasakan siswa menyelesaikan masalah dengan
berbagai macam strategi (open ended approach) dan ajak mereka mengevaluasi
strategi-strategi tersebut ditinjau dari efektivitasnya, efisiensinya dll, serta
melakukan praktik reflektif (dengan membuat jurnal belajar).
6. Model atau pendekatan pembelajaran yang ditawarkan As'ari: adalah Contextual
Teaching and Learning (CTL), Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI),
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran
Kooperatif, ataupun Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
7. Peserta, terutama guru kelas, menginginkan contoh nyata dari model
pembelajaran yang ada. Melihat data di atas, bantuan nyata untuk para guru
matematika menjadi suatu keharusan. Hendarman menyarankan perlunya
kerjasama yang baik antara Ditjen PMPTK, P4TK (PPPG) Matematika, LPMP,
KKG/MGMP, dan guru matematika. Menjadikan KKG/MGMP Matematika sebagai
ujung tombak pembenahan mutu pembinaan guru di daerah.
8. As'ari menyarankan tentang perlunya diskusi (dalam arti yang sesungguhnya di
KKG/MGMP) tentang cara-cara membelajarkan matematika seperti yang
disarankan, terutama mendiskusikan (bukan hanya menulis) langkah-langkah
pembelajaran; LKS, media, penilaian, dan pertanyaan kunci yang akan digunakan
di kelas. RPP Matematika harus mempunyai ’jiwa’ untuk siswa dan tidak hanya
sekedar untuk ’kenaikan pangkat’.
LaporanHasilSemlok2007
4
9. Hasil Video Study dari Ditjen PMPTK dan World Bank menunjukkan bahwa:
Sesungguhnya, para guru mempunyai cukup akses untuk referensi mengajar,
misal buku, jurnal dan majalah. Beberapa guru mengajar sangat baik, kreatif
dalam menggunakan media, dan menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Di
samping itu, guru mengikuti ide-ide terbaru mengenai belajar dan mengajar
matematika melalui membaca.
10. Wakil Konsorsium Sertifikasi Guru Ditjen Dikti menyatakan perlunya sertifikasi guru
difahami secara utuh & benar, disikapi dengan positif, dan perlu diantisipasi
pemberlakuannya dengan tepat. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen dan diberikan kepada guru yg telah memenuhi
persyaratan. Kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogis, profesional,
kepribadian dan sosial. Penilaian penguasaan kompetensi yang berkait dengan
penguasaan konsep/teori diuji dengan tes tulis, penguasaan keterampilan diuji
dengan tes kinerja, prestasi dalam bekerja diuji dengan self appraisal & portofolio,
dan dedikasi dlm bekerja diuji dengan penilaian sejawat
D. Rekomendasi Hasil Seminar
1. Dua permasalahan pokok pembelajaran matematika di kelas yang berkait dengan
rendahnya kemampuan siswa Indonesia serta proses pembelajaran di kelas yang
kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking
skills) dan kurang berkait langsung dengan kehidupan nyata sehari-hari harus
ditangani secara serius agar bangsa ini tidak kalah dalam persaingan global,
dengan usulan beberapa langkah konkret berikut.
2. Selama kegiatan KKG/MGMP, pendekatan pembelajaran di kelas yang diacu adalah
Contextual Teaching and Learning (CTL), Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM),
Pembelajaran Kooperatif, ataupun Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
3. Perlunya menerapkan saran As'ari selama kegiatan KKG/MGMP tentang perlunya
mendiskusikan (dalam arti yang sesungguhnya di KKG/MGMP) langkah-langkah
nyata dan operasional pembelajaran di kelas beserta pendukungnya seperti LKS,
media, penilaian, dan pertanyaan kunci yang akan digunakan di kelas. RPP
Matematika harus mempunyai ’jiwa’ untuk siswa dan tidak hanya sekedar untuk
’kenaikan pangkat’.
4. Perlunya meningkatkan kerjasama antar dan antara Widyaiswara Matematika di
P4TK (PPPG) Matematika dan LPMP, Guru Inti/Guru Pendamping di KKG/MGMP
Matematika, dan Guru Matematika; seperti ditunjukkan bagan berikut.
LaporanHasilSemlok2007
5
Bagan Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran Matematika
Dengan Memberdayakan KKG/MGMP Matematika
5. Ada beberapa kegiatan monev yang harus dilakukan untuk memastikan
keberhasilan program ini, yaitu kegiatan monev di:
• Kelas yang berkait dengan keefektifan kegiatan belajar siswa.
• KKG/MGMP (Workshop Penyiapan Kegiatan dan Pembelajaran di Kelas) untuk
menilai RPP yang berkait dengan langkah-langkah dan pendukung proses
pembelajaran yang disiapkan guru.
• LPMP (Workshop Pembekalan Guru Inti/Pemandu di LPMP) untuk menilai
kegiatan (proses pembekalan) dan materi pendukungnya.
• P4TK (PPPG) Matematika (TOT/Workshop Pembekalan WI LPMP) untuk menilai
sejauh mana kegiatan ini membantu WI LPMP, Guru Pemandu/Guru Inti, dan
Guru Matematika memecahkan masalah yang ada di kelas dan di KKG/MGMP.
6. Perlunya pertemuan periodik antara WI P4TK (PPPG) Matematika, WI LPMP
berlatar belakang mapel Matematika, Guru Pemandu KKG, dan Guru Inti MGMP di
P4TK (PPPG) Matematika.
7. Untuk program diseminasi di daerah, dana blockgrant perlu dilanjutkan karena
sangat bermanfaat untuk kegiatan KKG/MGMP. Di samping itu, dana blockgrant
diutamakan untuk para alumni diklat P4TK (PPPG) Matematika. Di samping itu,
KKG/MGMP masih memerlukan bantuan sarana dan prasarana pembelajaran.
8. Perlunya menambah sekolah binaan yang melibatkan Guru Pemandu KKG, Guru
Inti MGMP, dan Dinas Pendidikan.
9. Perlunya seleksi dan pelatihan guru pemandu/guru inti matematika di LPMP dan
P4TK (PPPG) Matematika.
TOT/
Workshop
Pembekalan
WI LPMP
Di P4TK (PPPG)
Matematika
P4TK (PPPG)
Matematika
Ditjen
PMPTK
Kebijakan
Strategis
Workshop
Pembekalan
Guru Inti/
Pemandu di
LPMP
LPMP
Workshop Penyiapan Kegiatan
Pembelajaran di Kelas
KKG/MGMP
Refleksi berkala
Praktek dan Pendampingan
Kelas
Monev
Monev
Monev
LaporanHasilSemlok2007
6
10. Untuk membantu meningkatkan tugasnya, di samping KKG dan MGMP Matematika
yang sudah ada, para WI P4TK (PPPG) Matematika dan WI LPMP yang berlatar
belakang mata pelajaran Matematika perlu diwadahi dalam MWMP (Musyawarah
Widyaiswara Mata Pelajaran) Matematika, dengan kegiatan diantaranya:
• Menerbitkan majalah dan jurnal.
• Mengadakan seminar, lokakarya, atau diskusi.
• Mengadakan pertemuan tahunan.
• Mengadakan penelitian.
Di samping membantu IWI, KKG, dan MGMP Matematika, Ditjen PMPTK perlu
membantu MWMP Matematika dan Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)
agar dapat menjadi organisasi yang diperhitungkan dan berwibawa seperti IDI
ataupun NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)
11. P4TK (PPPG) Matematika dan LPMP harus terus ditingkatkan agar menjadi tempat
unggulan untuk:
• Ide-ide baru dan segar di bidang pembelajaran matematika (melalui buku ajar
siswa, VCD, alat peraga, penilaian, strategi dan model pembelajaran, ataupun
pengkajian dan penelitian)
• Tempat sumber ilmu (seperti perpustakaan, laboratorium matematika,
laboratorium komputer, pusat penilaian dan evaluasi, ataupun AVA (Audio Visual
Aids)
• Studi banding bagi guru matematika dan siswa.
• Rekruitmen peserta pelatihan di P4TK (PPPG) Matematika dari para calon
peserta aktif atau pengurus KKG/MGMP.
Untuk itu, disarankan agar WI P4TK (PPPG) dan LPMP secara berkala dapat
mengikuti kegiatan studi banding atau studi lanjutan ke universitas atau lembaga
lain di Luar Negeri.
12. Program ’mobile learning’ agar dikembangkan. P4TK (PPPG) Matematika yang
telah merintis program ini diharapkan jadi motor penggeraknya.
13. Sertifikasi guru diyakini dapat dijadikan alat untuk meningkatkan mutu guru dan
sekaligus meningkatkan mutu pendidikan matematika. Diyakini juga bahwa bahwa
sertifikasi guru akan dapat meningkatkan mutu gur hanya jika dilaksanakan secara
objektif dan adil. Karenanya diusulkan agar PP yang mengatur sertifikasi guru
dapat segera keluar dan segera dilaksanakan secara objektif dan adil.
Yogyakarta, 17 Maret 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar